MEMBACA AYAT AYAT CINTA 2 : BAGUS SIH, TAPI...

29 comments
resensi-ayat-ayat-cinta-2

Kira-kira satu dekade lalu (atau lebih) Habiburrahman El Shirazy datang ke daerah saya. Mengadakan semacam jumpa fans sekaligus bedah buku Pudarnya Pesona Cleopatra. Saya datang ke acara itu. Saya antusias sekali waktu itu. Kang Abik itu pernah menjadi novelis paling favorit saya karena Ayat Ayat Cinta yang fenomenal. Saya ingat novel laris itu menjadi titik balik kebangkitan para santri. Setelah Ayat Ayat Cinta menjadi best seller di mana-mana, santri-santri (dan penerbit-penerbit) lain latah menelurkan novel bergenre serupa. Ada satu masa ketika novel bergenre islami (dan sebagiannya memiliki sampul bergambar wajah close up perempuan bercadar bermata indah, yang cuma kelihatan sepasang matanya) berjajar memenuhi satu baris rak di toko buku.

Sangat pantas jika Ayat Ayat Cinta menjadi trendsetter. Usai membacanya, saya banyak meredefinisi persepsi saya mengenai islam. Saya jadi bangga menunjukkan identitas islam saya ; tidak malu mengenakan jilbab. Saya ikut-ikutan menulis cerita yang tokoh sentralnya muslim banget ; padahal sebelumnya saya selalu menulis cerita abege yang tidak melibatkan agama. Iya, segitu berpengaruhnya novel Kang Abik pada pola pikir saya. FYI, kala itu saya masih SMP. Satu lagi yang saya sangat suka dari Ayat Ayat Cinta ; settingnya Mesir banget. Saya membayangkan Mesir dengan sangat jelas selama membacanya.

Kemudian saya membaca Pudarnya Pesona Cleopatra. Sampul bukunya didominasi warna hitam, terdiri dari dua novel pendek. Yang pertama berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra, saya suka bagaimana Kang Abik bercerita melalui sudut pandang orang pertama hingga si tokoh utama itu tidak diketahui namanya. Novel pendek kedua saya lupa sama sekali.

Kemudian saya menonton film Ayat Ayat Cinta. Film bergenre islami yang pertama kalau tidak salah. Film Hanung itu membuat banyak orang berjilbab yang tidak pernah menginjakkan kaki di bioskop akhirnya berbondong-bondong menonton layar lebar. Tapi sayang sekali, saya tidak suka filmnya.

Enough for Ayat Ayat Cinta season 1. Setelah itu saya tidak lagi mengikuti novel-novel Habiburrahman El Shirazy. Saya sempat membaca Dalam Mihrab Cinta dan Bumi Cinta, tapi saya tidak ingat siapa tokohnya atau bagaimana ceritanya. Yang saya ingat saya sudah bosan dengan cerita-cerita sejenis.

novel ayat ayat cinta 2

Then I found Ayat Ayat Cinta 2, beberapa pekan lalu, milik seorang sepupu. Cetakan pertamanya November 2015, sedangkan buku yang saya baca cetakan keenam Desember 2015. Termasuk novel laris, kalau begitu. Bukunya tebal, saya perlu tiga hari untuk menamatkannya.

novel islami terlaris

SPOILER ALERT : Paragraf berikutnya mungkin akan berisi penggalan cerita. Well, I’ve warn you.

novel pembangun jiwa

Membaca bab-bab awal Ayat Ayat Cinta seri kedua, jujur saya, membosankan. Alurnya terasa lambat. Seperti disuruh membuntuti Fahri sepanjang hari tanpa boleh melirik ponsel. Dan novel ini rasanya too much Fahri-sentris. Iya sih, Fahri peran utamanya. Tapi kok ya...

novel perjuangan islam

Well, mungkin saya yang mulai jengah pada karakter Fahri yang kelewat sempurna. Selalu baik pada siapa saja, sholeh luar biasa, cerdas setinggi langit. Too good to be true lah. Saking sempurnanya malah justru terkesan sok sholeh, sok baik, sok cerdas. Begini ya, (ini opini saya sendiri, tidak ada aturan tertulis atau dalil resminya) karakter utama itu kan harusnya punya problem rumit yang penyelesaiannya perlu memeras otak perasaan hati dan emosi. Harusnya pembaca memahami niat karakter utama sehingga selalu stand by him/her ‘till the end. Saya tidak bisa bersimpati sama sekali pada Fahri. Fahri di sini justru menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi karakter lain. Kalau saya ada di dalam Ayat Ayat Cinta 2 , saya akan menjadi antagonis yang menganggap Fahri sok pahlawan.

testimoni pembaca ayat ayat cinta 2

Orang kampung mana yang menjadi doktor di Oxford, hafal qira’ah sab’ah, serta kaya raya sehingga tidak segan membelikan rumah untuk seorang nenek-nenek tetangganya ? Kalau ada, beritahu saya. Dan, kenapa Fahri selalu dikelilingi perempuan cantik ? Mari kita absen : Nurul, Noura, Alicia, Maria, Aisha di novel pertama ; Keira, Brenda, Heba, Joo Suh, Hulya di novel kedua. No need to mention Sabina karena ia adalah Aisha (not a surprise, saya yakin banyak pembaca yang sudah menebaknya).

Masih soal Fahri-sentris. Does it make sense Fahri selalu menang di dua debat yang ia ikuti, even oposisinya adalah profesor slash guru besar ? Masuk akal sih, karena Fahri tokoh utamanya. Di kedua debat itu, oposisi Fahri hanya bicara dua atau tiga paragraf sedangkan bagian Fahri memakan berlembar-lembar halaman. Tentu saja Fahri yang menang.

And then, akhirnya Fahri menikah dengan Hulya atas saran Sabina. De javu nggak sih ? Sama seperti ketika Fahri menikahi Maria atas keikhlasan Aisha. Lalu akhirnya Maria meninggal. Hulya juga meninggal. You know what ? Ketika saya membaca karakter Hulya, yang ada di benak saya adalah Chelsea Islan. Mungkin karena keseringan lihat wajah cantik si Chelsea berseliweran di konter smartphone. LOL.

hukum meminta dalam islam

Too much Fahri di tulisan saya ya? The point is, novel ini tidak berkesan bagi saya. Masalah Israel segala macam yang dikedepankan juga tidak merekonstruksi mindset saya. Tapi jangan salah, saya bukannya mengkritik atau apa. Kang Abik masih one of my favourites.
Ada dua pernyataan Fahri di dalam Ayat Ayat Cinta 2 yang saya suka. Pertama, ketika Fahri membela Sabina di depan masjid. Katanya, “masih beruntung dalam deritanya dia masih teguh memakai jilbab, artinya masih teguh memegang islam. Maih beruntung dia minta-minta di halaman masjid, artinya minta pada pada keluarganya sendiri”. Kedua, ketika Fahri pulang dari mengantar makanan untuk nenek Catarina. Katanya, “..membiarkan tetangga kita perutnya sakit karena lapar, sementara kita tidur kenyang. Itu sebuah dosa sosial”. Kalimat itu seperti mengintrogasi saya, "berapa banyak orang kelaparan di sekitar saya yang saya tidak tahu?". Mengajarkan saya arti gotong-royong yang sesungguhnya.

dosa sosial adalah

Last words dari saya, kalau Ayat Ayat Cinta 2 difilmkan please jangan membuat adegan Rianti Cartwringht dan Chelsea Islan cemburu-cemburuan seperti di film pertama. Adegannya basi. Tapi saya pengen lihat adegan Fedi Nuril, Chelsea Islan, dan Kimberly Ryder main biola bareng (saya memvisualisasikan Keira dengan Kimberly). Dan jangan bilang Semarang itu Edinburgh.

cast ayat ayat cinta 2

Ada yang sudah membaca Ayat Ayat Cinta 2 ? Let me know your thougts by lefting a comments here ^_^

29 comments

  1. Belum baca, yang pertama pun belum hehe. Mungkin Fahri itu khayalan penulisnya utk Setiap lelaki di bumi ini.

    ReplyDelete
  2. Emm, aq baru baca dari sinopsis yg spoiler alert banget. Dari baca2 gtu doang aja aq udah merasa kecewa. Huks. Serasa gak rela sih fahri nikah lagi. Why oh why???

    ReplyDelete
  3. Baru baca sepertiga dan sudah jenuh :(
    Penokohan fahri yg terlalu sempurna penyebabnya hahaha

    ReplyDelete
  4. Wooow lengkaaaap. Aku suka aku suka. Sekalipun belum baca bukunya LOL. Waktu baca yang pertama sih suka banget. Meski emang sih, Fahri kelihatannya sempurna banget, tapi tetep aja suka. Tapi aku juga kurang suka dengan filmnya yang terkesan gimana ya, haa gitudeh, tidak menarik pokoknya.
    Mau baca yang kedua, eh kok jadi mundur setelah baca review ini haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huum saya jg suka banget yang pertama.
      Jangan mundur dong,, ayo baca juga 😃

      Delete
    2. Setuju...saya jg udh baca novel yg ke 2..lagi2 aisha hrus menderita melihat suaminya dg istri barunya...saya setuju..klo dlm novel ini fahri memang terkesan sok sholeh..sok alim..pokoknya sok segala2nya..ada dibag dmn fahri melihat wajah buruk sabina..tp ia langsung berpaling..disini bs diliat..scra manusiawi..si fahri gk jauh beda dg laki2 pd umumnya..gampang terpesona dg wanita cantik..buktinya gampang butuh waktu lama ia langsung ngelupain aisha..sptnya filmnya pun gk jauh beda ama novelnya..jd saya gk merasa tertarik utk nonton..soalnya pasti filmnya gk jauh beda dg novelnya..yg notabene ttg poligami lagi

      Delete
    3. Setuju...saya jg udh baca novel yg ke 2..lagi2 aisha hrus menderita melihat suaminya dg istri barunya...saya setuju..klo dlm novel ini fahri memang terkesan sok sholeh..sok alim..pokoknya sok segala2nya..ada dibag dmn fahri melihat wajah buruk sabina..tp ia langsung berpaling..disini bs diliat..scra manusiawi..si fahri gk jauh beda dg laki2 pd umumnya..gampang terpesona dg wanita cantik..buktinya gampang butuh waktu lama ia langsung ngelupain aisha..sptnya filmnya pun gk jauh beda ama novelnya..jd saya gk merasa tertarik utk nonton..soalnya pasti filmnya gk jauh beda dg novelnya..yg notabene ttg poligami lagi

      Delete
  5. Aku bacanya yang Ayat-ayat Cinta 1. Sempat suka dan amaze sama sosok Fahri tapi emang terlalu darama queen, ya. Apalagi abis itu banyak novel yang tipenya ga jauh beda sama novelnya Kang Abik ini. Tapi sisi positifnya sejak AAC ini minat baca saya semakin bertumbuh dan doyan hunting novel. Dulu jaman kuliah modalnya pinjem aja, karena uangnya pas-pasan hahaha

    ReplyDelete
  6. Akhirnya ada juga tulisan yang dengan jujurnya menggambarkan opini saya, hehe... Saya baca ini waktu masih dalam bentuk fotokopian transkrip mentah, saya juga minjem, krn kebetulan orang yg dekat sama saya salah satu endorser di buku tadi.

    Yang saya suka dari AAC 2 mungkin hanya wawasan keislaman yg ditulis di dalamnya juga tentang toleransi beragama. Cerita keseluruhan flat dan terlalu mudah ditebak endingnya. Yang agak bikin geli sebenarnya tentang transplantasi wajah. Secara medis itu memang ada, tapi ya gak akan sempurna sampai mirip dengan pendonornya. Yah, namanya juga cerita :D

    Kalau kata penulis yang saya kenal, cerita fiksi yang kita tulis, secara tidak langsung bisa menggambarkan mimpi-harapan, ketakutan, kepribadian dan pemikiran si penulis itu sendiri. Mungkin fahri dan apa yang terjadi pada fahri menggambarkan keinginan terdalam seorang Kang Abik? Begitujuga sosok2 lelaki sempurna di novelnya yg lain... :D

    maaf kepanjangan... ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, kita sependapat 😊
      Memang, ada harapan penulis di setiap tulisan yang ditulis

      Delete
  7. Saya belum baca nih AAC 2, setelah baca ulasan mba Virly malah jadi pengen banget baca. Pengen tau sendiri seperti apa penokohan Fahri di buku ke 2. Soalnya even sejak AAC 1 saya udah mikir ini si Fahri kayanya 'too perfect to be real' deh hehehe.. Thanks sharingnya ya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayuukkk bacaa..
      Thanks for stopping by yaaa 😄

      Delete
    2. Ayuukkk bacaa..
      Thanks for stopping by yaaa 😄

      Delete
  8. Saya baru baca novel AAC 1 lalu liat filmnya agak gmn gtu dan baca review ini jd ga minat baca yg ke2 hahaha salam kenal mba suka reviewnya 😍

    ReplyDelete
  9. Udah baca..sya suka sma novel kang Abik soalnya ga cuma ttg cerita aja tp banyak wawasan keislamannya, trus yang paling msh kbyang itu ketidakrelaan saya sma Fahri yg menikahi hulya emang sh sya jg sudah nebak klo Sabina itu Aisha ah pokonya ga rela.. so sad bgt jadi Aisha.. dan pda intinya alurnya Sama aja kya AAC 1 ga terlalu kaget..dan di awal cerita membosankan makanya sering saya loncat bacanya baru halaman2 akhir bacany anteng ga lompat😂

    ReplyDelete
  10. hahaahha yang comen pada ke bawa sama tulisan nya semua berpendapat sama yang nulis, wellll buat gw ayat ayat cinta 1 & 2 bukan hanya sekedar novel tapi ini sebuah cita cita dan pemikiran besar ( prof.Dr Yunahar ilyas _ waketum MUI )

    ReplyDelete
  11. Yang sudah baca udah liat trailer filmnya kah, saya sedang kecawa akan film nih wkkwkwk

    ReplyDelete
  12. Chelsea jalan jd Keira. Meleset dikit

    ReplyDelete
  13. fahri nikah sm hulya tpi hulya hrs nunggu slma 6 bln untuk diksh nafkah batin trs punya anak satu ending novelnya agak gimana gitu,sabina alias aisyha alias dewi sandra yg wajahnya rusak dioperasi dapet donor wajah dri
    hulya yg meninggal berarti mukanya tetep muka tatjana saphira sebagai hulya suka banget sm karakter hulya di novel ini. dewi sandra gantiin rianti disitu pke cadar eeh,giliran dibuka cadarnya setelah operasi berubah jdi tatjana saphira haha kasian peran dewi sandra disitu kalau rianti wktu di aac1 buka cadar tetep muka rianti.

    ReplyDelete
  14. Mostly komen peran fahri yg dianggap ga mngkin dunia nyta.noh, film superhero jg mustahil bhkn kesan membodohi. Gw lbh sk yg ini drpd crt sor hero. Jd org baik jgn nanggung, hero aja pake super. Klo blm bs spt fhri setdaknya kt bljar jd mslim yg baik.

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  16. Bener banget,saya ketika membacanya juga merasa,seperti fahri ini dibuat sesempurna Rasulullah,dan banyak kata2 air mata meleleh yg menurut saya berlebihan

    Novel2 gini bkin cewek2 kalau mau nikah minta yg seperti fahri..wkwk

    ReplyDelete
  17. aku sih menikmati bgt ya novel AAC 2 Jauhhhh lebih bagus ketimbang yang 1 why????
    kajian islamnya lebih dalam bagi kalian yang lulusan pesantren pasti trowback ke pelajaran SKI dan ini berguna bgt buat aq pribadi diajak jalan " ke edinburgh secara mendetail ga ada dan langka bgt santri yg bisa ke manchester dan eropa tapi mesir???? banyak bgt yg bisa kesana this is novel pembangun jiwa dan ini kena bgt untuk orang yg haus ilmu ketimbang romansa di novel yg lain romansa dinovel ini sedikit dan aq suka karna orang yg haus ilmu ga akan mikirin cinta justru cinta yg datang this is real babe.. laki" yg tidak mengejar wanita justru dikejar coba aja kalau punya satu aja temen cowo yg meskipun tampang pas "an tp cool pasti yg ngejar" banyak apalagi fahri ini manusiawi

    ReplyDelete

Halo, terimakasih sudah mampir di JurnalSaya. Satu komentar Anda sangat berarti bagi saya.
Semua komentar dimoderasi ya. Komentar yang berisi pesan pribadi akan saya anggap spam.
Oiya, tolong jangan tinggalkan link hidup di badan komentar. Kisskiss