Pernah menjadi korban bully ? Sekarang masih hidup ? Selamat, Anda salah satu orang terkuat di dunia. Pernah dengar ‘kan ada ungkapan : if it doesn’t kill you, it makes you stronger. Jika pernah dibully dan survive, Anda akan menjadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya.
Bully /’bulie/ kb. (j. –lies) penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. –kkt. (bullied) menggertak, mengganggu. (Kamus Inggris Indonesia)
Kalau
dipiki-pikir lagi, sebenarnya korban bully bukan orang yang lemah. Justru
sebaliknya, para bullies inilah yang lemah. Coba perhatikan, pada setiap kasus
bullying pasti si korban adalah orang yang stand out, memiliki kelebihan, atau
memiliki pemikiran yang mengancam eksistensi pelaku. Pemikiran atau kelebihan
si korban biasanya berbeda atau justru senada dengan yang dimiliki pelaku
sehingga pelaku bullying merasa tertekan atau iri. Mengatasi rasa tertekan
itulah kemudian pelaku mengganggu korban. Atau pada sebagian kasus bullying
lain, pelaku mengganggu korban hanya untuk mendapatkan perhatian si korban.
Aneh ? Mari kita lihat contohnya.
Contoh
1 : Ibu tiri mem-bully Bawang Putih karena takut kehilangan harta peninggalan
suaminya jika Bawang Putih tidak tunduk kepadanya. Nyonya Bawang ini tahu diri,
bahwa ia tidak punya apa-apa kecuali harta peninggalan Tuan Bawang. Ia juga
tahu, bahwa pewaris harta Tuan Bawang tentu saja anak kandung Tuan Bawang yaitu
Bawang Putih. Namun Nyonya Bawang juga punya anak kandung, si Bawang Merah. Ibu
mana yang tidak mengutamakan anaknya, iya ‘kan? Jika Bawang Putih diperlakukan
bak putri, besar kemungkinan Nyonya Bawang tidak kebagian warisan, yang berarti
Bawang Merah tidak punya apa-apa di masa depan. Kita ‘kan tidak tahu bagaimana
masa lalu Nyonya Bawang sehingga ia memperlakukan Bawang Putih begitu kejam
sementara Bawang Merah dimanjakan.
Contoh
2 : Choi Young Do suka mengganggu Cha Eun Sang (di The Heirs) hanya supaya bisa
dekat dengan Cha Eun Sang. Percayalah, Choi Young Do sama sekali tidak
berencana mengganggu Cha Eun Sang. Sebenarnya yang ia rencanakan adalah
menghampiri Cha Eun Sang, mengajak berjabat tangan, lalu mengatakan, “halo,
saya Choi Young Do, saya tertarik pada Anda, dan penasaran, dan ingin menjadi
teman dekat Anda”. Namun tidak bisa. Ada
yang namanya gengsi dan grogi bercampur menjadi satu. Dan Choi Young Do
memiliki latar belakang yang kurang menyenangkan sehingga membentuknya menjadi
pribadi yang seperti itu.
Contoh
3 : Senior cewek berbuat jahat pada murid baru (di banyak teenlit dan sinetron)
karena murid baru tersebut cantik, menonjol, atau punya potensi menjadi
populer. Sang senior merasa tersaingi. Ehm, pernah dengar pepatah “girls competeeach other, women empower one another”? Namanya cewek, pasti memiliki aspirasi
menjadi pusat perhatian. Naluri mempertahankan posisi sebagai yang ‘ter’ itu
alamiah. Terutama jika sudah terbiasa berada di bawah sorotan spotlight, tentu
menjadi bayangan adalah mimpi buruk. Itu sebabnya jika ada perempuan lain yang
dianggap saingan, bawaannya langsung ingin mengenyahkannya sesegera mungkin.
Contoh
4 : Adriana selalu berusaha mencelakai Reva (iya, di sinetron yang penuh adegan
berantem sama balapan) karena belum bisa move on dari mantan pacar. Si Adriana
merasa kalau posisinya di hati sang mantan sudah digeser. Nyesek nggak sih
kalau lihat orang yang pernah punya cerita dengan kita punya kehidupan yang
baik-baik saja dan bahagia sementara hidup kita sendiri membosankan dan porak
poranda ?
Kok
contohnya dari cerita fiksi semua ? Well,
sebagian adegan pada cerita fiksi juga terjadi di kehidupan nyata ‘kan ?
Begini lho, para pelaku bullying yang selalu diidentikkan dengan karakter antagonis ini ‘kan tidak serta merta menjadi jahat. Mereka punya alasan mengapa mereka akhirnya terpaksa mem-bully para protagonis tadi. Mereka punya latar belakang yang sedemikian rupa sehingga memiliki karakter yang kurang disukai. Mereka hanya salah strategi sehingga mengambil tindakan yang tidak lovabel.
Kalau si Nyonya Bawang rajin bekerja dan memperlakukan Bawang Putih dengan penuh kasih sayang, atau Bawang Putih mengatakan “nanti harta peninggalan Ayah dibagi dua ya”, pasti Nyonya Bawang tidak jahat lagi. Kalau Choi Young Do bersikap cool, atau Cha Eun Sang mengatakan “hai, Young Do, kamu pengen jadi teman dekat saya? Kenapa ? Saya menggemaskan ya?”, pasti Choi Young Do tidak akan repot-repot mengganggu Cha Eun Sang supaya diperhatikan. Kalau si kakak senior pernah diajari untuk berlapang dada, atau si murid baru berkata “kakak senior, saya nggak akan sepopuler kakak kok”, pasti si kakak senior tidak akan berusaha mem-bully si murid baru.
Eh, kok malah saya pro bullies ya ? Nggak kok, saya hanya berempati. Menjadi pelaku bullying itu tidak mudah. Begitu memutuskan menjadi bullies, mereka harus siap menerima resiko dibenci. Kita juga tidak tahu apa yang sudah dialami para pelaku bullying itu sebelumnya ‘kan ?
PS
: Tulisan ini juga bagian dari #CollaborativeBlogging. Baca tulisan mbak Witri
: Bully.
Baca
juga postingan kolaborasi saya sebelumnya : Kutukan Penulis ; Quality TimeTanpa Gadget ; Saya Kepingin Jadi Vampir ; Gagal Paham ; Tentang Gotong Royong ; dan TentangNikah Muda.
Yap. Bullies itu pada dasarnya berawal dari iri ya. Mereka ingin apa yang mereka ga punya :))
ReplyDeleteBener banget
DeleteHmmm, yang namanya bully itu memang kadang nyebelin yak. Kasian ngeliat korbannya. Tapi sejauh mana perbuatan yang disebut bully itu yak?
ReplyDeleteKasian juga sama yang bully,, disebut bully ya mengganggu, menyakiti fisik, atau mental
DeleteKalau anak saya dibully karena dia anak baru.. waktu itu masih pendiam, pemalu, dan tdk pintar matematika. Nah... apa cb yg diirikan oleh para pembully itu dr anak saya coba...?
ReplyDeleteMungkin anak2 yanh membully itu cari perhatian sama anak mbak.. Saya dulu pernah dibully gara2 jadi anak baru, btw 😊 stay strong
DeleteSudut pandang yang unik tentang bullying.
ReplyDeletepada dasarnya bullying memang melukai psikis keduanya, pelaku dan korban.
Nahh,,, itu dia! Makasih mbak liza
Deletesaya pernah dibully, sekali waktu kecil dan sekali pas kerja kantoran, udah mama2 pula. Dan bener sih mba, pelaku bully itu ngebully krn gak nyaman, dia udah spuluh tahun di kantor gitu2 aja, trus saya masuk dan sebentar aja langsung naik, hehehe...
ReplyDeleteIya kan? Memang kebanyakan begitu.
DeleteKalo bunda di bully tahun 2009 tuh ketika hampir tiap malam keluar sore pulang malam karena harus ke Warnet. Gini nih selentingan bully-nya: "Apa aja sih kerjaan nenek-nenek itu keluarnya koq sore pulang malam?" hukhukhuk... tapi setelah mereka tahu kesibukan bunda, mereka akhirnya saluut koq sama bunda. Tak satu pun dari mereka yang bisa NGEBBLOG, yeeeayyy...
ReplyDeleteHeran kenapa ada org mampu membully org lain ya...
ReplyDeleteMoga2 kita diauhkan dr sifat membully...
saya heran ama orang yng ngebully
ReplyDeletekalau dari buku yang pernah saya baca baik pelaku maupun korban memiliki konsep diri yang rendah yang akhirnya berkaitan dengan pengendalian diri maupun problem solving :)
ReplyDeletelebih banyak memang orang membully karena dia iri dan merasa tidak puas dengan hidupnya sendiri. sebenarnya memang yg patut dikasihani si pem-bully hehehe..nice post mbak :)
ReplyDeleteSering kali orang di bully bukan karena iri, tetapi karena kekurangan dia, misalnya seorang anak korban perceraian, hampir setiap hari dibully karena dia gk punya bapak. Saya yakin mereka gak ngiri sama yg dibully, tapi karena ah sudahlah.
ReplyDeletetukang bulli biasanya dia tu gak mampu ngelakuin apa yg bisa dilakuin ama orang yg di bulli.. yaa intinya dia tu iri..
ReplyDeleteLapangan Futsal
asik, sudut pandangnya keren mbak :) pada intinya memang para pembully itu bererekspresi tanda tak mampu.Kalo mrk aja pake strategi, masa kita yg dibully (katakanlah begitu) ga mampu berekspresi, ya ga ? :D
ReplyDelete