BLOGGER’S LIFE : HAK CIPTA DAN BARANG KW

9 comments
Gambar pinjam Pixabay

Beberapa waktu lalu, saya dan beberapa teman blogger menemukan sebuah toko kosmetik daring-luring mengunggah foto milik seorang teman di akun Instagram mereka. Tanpa mencantumkan sumber foto. Ketika ditanyai, si pengunggah mengaku mendapat foto tersebut dari akun sosial media pegawai brand. Iya sih, itu memang foto produk partnership dengan brand tersebut.


Ceritanya selesai sampai di situ karena akhirnya si penguggah mencantumkan sumber foto. Pelajaran yang bisa diambil : selalu sertakan watermark di foto. Lha wong yang sudah diberi watermark saja kadang watermarknya dikrop. Teman saya yang lain juga fotonya dicomot toko daring dan watermarknya dipotong. Belum ada online store yang ngambil foto saya, btw, saya belom femes.

Setelah saya telusuri dan renungkan dalam-dalam, saya memperoleh satu kesimpulan : banyak yang belum ngeh soal hak cipta.

Si mbak pengunggah foto itu tidak tahu kalau secara etis perlu banget menyebutkan sumber foto.

Pada masa-masa jahiliyah dulu, saya juga pernah asal ambil foto hasil pencarian di Google. Entah untuk apa saya lupa. Dulu saya pikir semua yang ada di internet adalah milik umum. Jadi kalau mengutip kalimat atau pakai gambar, saya cuma kasih keterangan : dari Google. LOL.

Tentu saja saya salah. Foto, tulisan, dan konten-konten lain yang beredar di internet ada tuannya. Tidak boleh asal pakai. Etikanya, harus permisi pada yang punya. Kecuali ambilnya dari situs penyedia konten gratis memang diperuntukkan untuk publik. Bahkan saya pun selalu memberi keterangan gambar pinjam Pixabay meskipun itu memang boleh digunakan untuk umum.

Karena bikin foto perlu usaha. Meskipun katanya fotografi adalah passion, hobi, kegemaran, dan sebangsanya, tetap saja memotret perlu waktu, tenaga, skill, belum lagi editing sesudahnya. Jadi wajar banget memberikan atribusi atas hasil kerjanya.
Baca : 10 Hal yang Dialami Beauty-Mom Blogger
Kembali soal hak cipta, ternyata dari dulu saya akrab dengan berbagai pelanggaran hak cipta. Salah satunya buku replika. Kamus Inggris Indonesia-nya Hassan Shadily itu saya beli yang soft cover waktu itu Rp. 85.000,- , harga versi bajakannya yang hard cover cuma setengahnya. Dan yang punya versi bajakan lebih banyak dari pada yang pakai yang asli. Sedih loh. Dan mereka ini nggak malu, sepatunya ratusan ribu ponselnya jutaan tapi beli buku yang replika.

Beberapa hari yang lalu mbak Ika Natassa ngetweet soal buku replika juga. Sampai mbak Ika razia di beberapa situs marketplace. Ternyata jual beli buku bajakan lebih jamak dari perkiraan.
Baca : Kutukan Penulis, Kebetulan, dan Fiktif Belaka
Bukan hanya buku, kosmetik pun banyak dibuat replika. Istilah kerennya, kosmetik kw. Saya gagal paham sama yang beli kosmetik palsu. Bisa jadi mereka nggak tahu ya ? Terus yang jual, kenapa jualan kosmetik palsu ? Oke, mungkin mereka juga nggak tahu yang dijual itu palsu. Nah kalau yang produksi pasti tahu kan ? Jawabannya pasti demi keuntungan semata.

Jadinya saya ngomongin apa sih ini ? Saya udah ngantuk, btw.

Intinya, yuk ah jadi orang pinter. Jangan nyomot hasil karya orang, jangan beli buku replika, jangan jualan dan jangan beli makeup kw biarpun kw 1 grade AAA.


Ah satu lagi, jangan sok-sokan pakai tagar #ideastealing !

Kiss Kiss

9 comments

  1. #ideastealing HAHAHAHAHAHA
    Btw kak, aku sempet bingung bacanya, dari nyomot foto tanpa hak cipta sampe ke kosmetik kw :p


    Cindy,
    apriljournals.blogspot.co.id

    ReplyDelete
  2. Kayaknya sekarang udah lumrah banget orang jual barang-barang KW. Berarti pilihannya ada di tangan kita sebagai konsumen. Apakah mau beli barang KW atau ga. Sebisa mungkin sih jauhin ya :)

    ReplyDelete
  3. aku mau #ideastealing ah mah~ HAHAHAHAHA! siapa tau jd femes karena ngaku2 endorsan orang 😂

    Ray,
    www.rayditaa.com

    ReplyDelete
  4. saya mending beli buku second. asli biarpun dah jelek. dan...murah hehe...

    ReplyDelete
  5. aku tetep suka yang ori tapi second, daripada new, tapi KW. hahaha

    ReplyDelete
  6. Dulu aku juga masa bodo sama jam cipta, sekarang udah ngerti dan ggmau ah langgar melanggar

    ReplyDelete
  7. menjadi penulis membuat saya paham soal hak cipta hehehe...
    Jadi lebih menghargai karya cipta

    ReplyDelete
  8. Aku juga lebih sreg kalau beli yg apa2 ori, juga menghargai karya orang lain sih ya :)

    ReplyDelete
  9. Kasian yang punya ide :( , kalo hasil karyanya ga dihargain

    ReplyDelete

Halo, terimakasih sudah mampir di JurnalSaya. Satu komentar Anda sangat berarti bagi saya.
Semua komentar dimoderasi ya. Komentar yang berisi pesan pribadi akan saya anggap spam.
Oiya, tolong jangan tinggalkan link hidup di badan komentar. Kisskiss