Terakhir
kali saya baca novelnya Dan Brown, sudah berjuta-juta tahun yang lalu. Well, rasanya begitu. Saya bukan
penggemar fanatik Dan Brown, saya hanya suka membaca novelnya. Suka baca, tapi nggak suka beli. Inferno ini novel Dan
Brown pertama saya, btw.
Saya
ingat pertama kali membaca Dan Brown waktu SMA, baca Digital Fortress pinjam di
perpustakaan sekolah. Lalu saya suka. Berikutnya saya membaca The Da Vinci
Code, Angels & Demons, dan Deception Point, entah pinjam dari mana saja.
Hahaha ... Waktu itu saya masih sekolah, dan novel Dan Brown rasanya mahal
sekali jadi sayang kalau beli.
Hingga
beberapa waktu lalu saya beli Inferno di GrobMart, cuma seratus ribu soalnya
diskon. And ... Dan Brown tidak
pernah membuat saya kecewa.
PS
: Ada spoiler.
Inferno
masih memakai Robert Langdon sebagai karakter utama, sama seperti The Da Vinci
Code, Angels & Demos, dan The Lost Symbol. Ceritanya juga masih seputar
menyelamatkan dunia dengan cara memecahkan teka-teki sarat simbol dan sejarah
seni, dengan plot super cepat. Super cepat karena peristiwa yang ditulis dalam
satu novel tebal itu hanya terjadi pada satu hari yang sama, atau satu malam.
Kesamaan
lain, Robert Langdon selalu ditemani rekan wanita luar biasa : Vittoria Vetra
di Angels & Demons, Sophie Neveu di The Da Vinci Code, Katherine Solomon di
The Lost Symbol. Mereka semua berpisah pada akhir cerita dan tidak pernah lagi
diungkit-ungkit kabarnya. Saya jadi berpikir, sepertinya lucu kalau dibuat
adegan Robert Langdon ketemu Vittoria Vetra yang ternyata berteman dengan
Sophie Neveu. Mungkin di novel berikutnya ketika Langdon sedang memecahkan
teka-teki simbol tersembunyi di relief Candi Borobudur.
Baca : 5 Novel Lama yang Membuat Saya Ingin Travelling
Satu
lagi kesamaan yang saya temukan pada cerita-cerita Robert Langdon, yaitu ia
selalu dikejar-kejar oleh agen pemerintah. Kedengarannya membosankan karena
alurnya berulang, tapi sungguh saya belum bosan.
Inferno
mengambil setting Florence, Venesia, dan Istanbul. Itu Profesor Langdon
sepertinya kenal semua orang penting ya, selalu bisa mendapatkan akses pesawat
pribadi, tur privat di museum, atau sebangsanya. Dan ya, karena karakter
utamanya adalah profesor seni dan simbologi, tentu saja sepanjang cerita banyak
penjelasan sejarah mengenai berbagai artefak-artefak kunci. Sesungguhnya, saya
agak overwhelmed dengan penjelasan-penjelasan tersebut. Dante Alghieri, The
Divine Comedy, patung kuda yang dicuri berkali-kali di masa silam, doge Italia,
begitu khatam membaca novel hingga akhir cerita, saya sudah lupa apa yang
diceritakan Profesor Langdon.
Tapi
itu bukan masalah. Saya tetap bisa mengikuti adegan pelarian Profesor Langson
bersama Sienna Brooks. Ah ya, mengenai Sienna Brooks, karakter perempuan di
Inferno ini sangat menarik. Seseorang yang terkucil karena cerdas, kehilangan
arah, tidak punya tujuan, namun cemerlang luar biasa, ternyata memiliki masa
lalu yang tidak tertebak.
Karakter
Sienna menjadi protagonis, lalu diantagoniskan, lalu berakhir kembali menjadi
protagonis. Yang lebih mengejutkan, Sienna ternyata orang terdekat si musuh
utama.
Yang
lebih mengejutkan lagi, ternyata si musuh utama bukan orang jahat. Serius. Ada alasan
yang sangat logis kenapa Zobrist (si musuh utama) melakukan hal yang menjadi
inti cerita. Bahkan Robert Langdon dan Elizabeth Sinskey pun pada akhirnya
memahami jalan pikiran Zobrist. Yang saya heran, ngapain Zobrist memberi clue
untuk pemilihan lokasi tindakannya ? Mau main teka-teki atau apa ?
Ngomong-ngomong,
ada satu permasalahan nyata di Inferno yang benar-benar terjadi di dunia nyata.
Soal kecepatan pertumbuhan penduduk dunia yang memusingkan. Zobrist mengeksekusi
ide gilanya karena ini. Gagasan soal transhumanis, kepadatan populasi dunia,
dan manusia-manusia yang terus beranak.
Kenapa
sih orang-orang ngotot banget harus punya keturunan. Sehebat apa sih
orang-orang sehingga merasa gen-nya perlu diwariskan. Punya anak itu ribet,
tanggung jawab dunia akhirat. Belum lagi masalah lingkungan yang diakibatkan.
Begini ya, satu bayi itu membutuhkan rata-rata tiga diaper sehari. Kalau
sebulan berarti 90 diaper. Kalau setahun ? Dua tahun ? Itu diaper-diaper habis
pakai dibuang kemana ? Kalau ditimbang berapa kilo coba limbah diaper itu ?
Baru dua tahun hidup saja bayi sudah menyumbang sampah segitu banyak.
Belum
lagi kebutuhan air. Bayi perlu air untuk cebok, untuk minum, untuk mandi. Saya
malas gugling berapa liter kebutuhan air bersih seorang bayi baru lahir.
Pokoknya banyak. dan persediaan air bersih semakin berkurang.
Cukup
sampai di situ ? Tidak. Kelak si bayi akan menjadi dewasa, ia akan berkeluarga
sehingga membutuhkan ruang untuk membangun rumah. Padahal lahan sudah hampir
habis tak tersisa. Kemudian si bayi yang berkeluarga pun punya bayi. Siklus berulang.
Somehow
saya setuju dengan menyeterilkan sepertiga penduduk dunia supaya bumi selamat
lebih lama. Jika bayi-bayi baru tidak terus menerus bermunculan, mungkin bumi
tidak akan sesesak ini. Meskipun artinya itu semakin dekat dengan kiamat
sesungguhnya.
Baca : The Day After Tomorrow
Sebelum
saya semakin melantur ... Well, ada
yang suka baca novel-novel Dan Brown juga ? Share dong opininya !
Kiss
kiss.
Judul
: Inferno
Penulis
: Dan Brown
Penerbit
: Bentang, Yogyakarta
Tahun
terbit : Cetakan XII, 2015
Halaman
: 644 hlm ; 23,5 cm
Lagi berusaha suka sama Dan Brown nih mak hehe.
ReplyDeletewww.extraodiary.com
makasih reviewnya aku malah belum ernah sekalipun baca
ReplyDeleteDulu aku sempat suka baca novel-novelnya Dan Brown. Tapi karena ceritanya plotnya begitu terus akhirnya nggak terlalu minat lagi. Inferno ini aku nonton versi filmnya aja
ReplyDeleteJarang baca Dan Brown, lebih banyak nonton filmnya..seru juga ya iniiii..
ReplyDeleteDan Brown emang bagus bagus tulisannya kak, aku juga suka baca karyanya :D
ReplyDeleteCindy,
apriljournals.blogspot.co.id