Akhirnya
saya jadi bikin series ini. Kemaren kapan saya sempet share di instastories
(follow @phirlyv yaaa), soal status divorcee yang masih dianggap sebagai aib
oleh sebagian orang. Nggak usah jauh-jauh, beberapa orang di sekitar saya yang
memang close minded masih beranggapan begitu. Me be lyke : ini udah 2017, apa sih yang salah dengan status
divorcee ?
Baca : Being Young and Beautifull Divorcee
Kayaknya
memang ada yang salah sih. Hahaha ... Status young divorcee itu konotasinya negatif banget. Saya sendiri bahkan
nggak tega menulisnya dalam istilah bahasa Indonesia, apalagi bahasa Jawa. Sumpah
nggak enak banget di kuping. Kesannya apa banget. Saya yakin bukan cuma saya
yang merasa begitu.
Iya
sih, perceraian itu sesuatu yang meskipun boleh tapi dibenci oleh Tuhan. Iya juga,
kalau bercerai sama dengan menyerah karena nggak mau menyelesaikan masalah. Iya
juga, kalau perempuan meminta cerai berarti dia egois karena memikirkan
kebahagiannya sendiri. Iya juga, kalau bercerai di usia muda disebabkan oleh
pernikahan di usia muda, yang berarti the
marriage itself awalnya memang bukan hasil pemikiran matang orang dewasa. Dan
masih banyak iya-iya yang lainnya.
Baca : I Love My Daughter, But Not That Much
Nggak
salah kalau bagi sebagian orang status divorcee itu sama dengan aib. Apalagi buat
perempuan. Kalau di drama-drama, perempuan yang berstatus divorcee pasti
karakternya antagonis (eh, di drama Wonderfull Mama karakter Oh Da Jung protagonis ding). Makanya banyak perempuan yang
bertahan dalam pernikahan meskipun nggak bahagia. Entah alasannya demi anak,
demi nama baik keluarga, demi masa depan yang terjamin, dan demi-demi yang
lain. Nggak apa-apa juga, I’m not in
their shoes jadi saya nggak tau bagaimana pertimbangan mereka.
Sama
seperti menikah atau menjadi single selamanya, bercerai atau bertahan juga
pilihan.
Tapi begini. Kalau
status kamu divorcee, pasti kamu ngerti banget the whole “people stare
people judge”. Kalau kamu orang
yang dekat dengan si divorcee, pasti kamu pernah merasa kasihan kepadanya. Kalau
kamu orang yang kenal si divorcee sebatas nama dan muka, pasti kamu pernah mencibir setidaknya sekali waktu saat kamu
melihatnya. Bener nggak ? Apa saya yang sok tau ?
Jadi
ya, saya pengen nulis soal ini. Saya pengen banget divorcees di luar
sana, dan perempuan-perempuan lain membuka mata : being divorcee nggak seburuk itu kok. Malahan banyak baiknya. Serius
deh.
Saya
pengen share, tapi saya nggak tau mau
mulai dari mana. Bantuin saya ya ? Kasih ide saya nulis soal apa di Life As
Divorcee #2 nanti. Kita share
sama-sama karena women empower one
another kan ya ?
Kiss
kiss.
Setuju vir, kadang bercerai lebih baik daripada memaksakan untuk tetap bersama tapi udah ga sejalan.
ReplyDeleteLia,
www.liamelqha.com
Semangat mbak, memang boleh tp dibenci. Tapi daripada sama2 makan ati baikan pisah kan yaa #sotoyyy.
ReplyDeletePengen nyumbang ide mbak, gimana caranya bisa struggle sama omongan orang trus pembuktian diri kalau baik2 aja gimana. Hihihi.
Salam kenal ya mbak.
Novi,
Emansisapi.wordpress.com
Let's empower each other! Aku pun paham banget kalau perceraian ngga hanya krn egois semata
ReplyDeleteu must be a strong woman :)
ReplyDeleteMenjadi divorcee itu sangat ga mudah apalagi di iklim indonesia yg begini ini. Nungguin kelanjutan kisahnya, kalau boleh usul, gimana kalo di tambah kisah ttg hari2 awal melewati status baru hingga akhirnya menganggap "ya sudahlah"
ReplyDeleteHidup itu pilihan ya. Mau keliatan senang tapi makan hati, atau mau senang sesuai kata hati tapi banyak yang mencibir. Tenang, selama kita bertanggung jawab pada pilihan sendiri dan tidak mengganggu hidup orng, yang mencibir juga akan diam sendiri karena sebenarnya yang kebanyakan mencibir justru karena dirinya kurang puas dan gak merasa yakin pada pilihan hidupnya sendiri. Semangat mba. Keep setrong kata orang sana.
ReplyDeleteMom vir aku izin ngestalk series ini ya mueheheh :*
ReplyDeleteheyyyyyjudeeeee.wordpress.com
Baru pertama kali baca blog kamu. tulisannya menarik
ReplyDelete