PS : Yang standar moralnya
level nabi, yang enggak menerima perbedaan pendapat, yang menganggap divorcee sama dengan perempuan murahan,
dan yang baperan, plis close tab aja.
Ini saya tiba-tiba ngide
nulis soal dating awalnya karena
habis nonton Susah Sinyal. Ellen ceritanya divorcee,
and she’s dating. Setelah itu saya
ngabisin baca Twivortiare dan Twivortiare 2. Alexandra itu juga tadinya divorcee, and yes, she’s dating. Sama ex
husband-nya. Hahaha. Ngeselin kan ?
Saya mau cerita soal metropop itu tapi kapan-kapan aja deh ya kalau ingat.
Juga ada distraksi lain.
Baca : Mother-DaughterRelationshit Dari Film Susah Sinyal
Di waktu lain, enggak cuma
sekali dua kali saya nemu perempuan yang berkomentar miring mengenai divorcee slash single mother. When we started dating, they labeled us as gatel.
When we got tamu laki-laki, they labeled
us as bitch. When we had conversation
with their husband, they called us perusak rumah tangga orang. Wtf, cuma conversation loh. Pokoknya, kapanpun divorcee kelihatan punya relasi dengan lawan jenis, langsung dijudge macem-macem.
Itu saya baru scolling di satu Facebook group ibu-ibu loh. Belum ngitung di
forum-forum daring lain. Belum keitung juga yang di dunia nyata.
Saya jadi mikir, is it appropriate to us, the divorcees,
untuk dating again ? Jawabannya
terbagi dua kubu, tentu saja. Yaaa, mikir sendiri lalu dijawab sendiri.
Kubu pertama, berisi
orang-orang konservatif cenderung kuno dan berpemikiran tertutup, menjawab no. Menyandang status divorcee aja udah bikin malu nama
keluarga masih mau mikirin dating ?
Tobat aja deh, cari suami soleh yang mau menerima apa adanya enggak perlu dating-dating. Big no pokoknya !
Sounds
familiar ? Hahaha.
Kubu kedua, berisi
orang-orang yang lebih open, rada
feminis, dan juga the divorcees theirselves, menjawab yes, it
really is fine. FYI, saya sempat bikin survei kecil di forum diskusi SMI
(Single Moms Indonesia) soal ini. Hasilnya, 100 % responden menjawab yes, enggak ada salahnya single mother slash divorcee having a date.
Eh, malah ada satu yang berpendapat harus loh.
Whatever
lah ya. Namanya opini, enggak ada yang salah dan enggak ada yang benar juga.
Tapi satu hal yang saya
tahu soal dating as a divorcee : jangan
pernah percaya kalau ada yang memberi nasihat follow your heart. Itu nasihat sesat deh, serius. Yang benar, follow your head first.
Plus ada beberapa poin
yang perlu digarisbawahi. If you are a
divorcee, and about to date.
You
Are Divorcee, Tapi Kamu Bukan Karakter Fiksi
Jadi plis, enggak usah diromantisize lah itu hidup. Seperti yang
saya bilang tadi, follow your head first.
Seseorang seperti River atau Beno atau Aji itu hanya ada di cerita. Happy ending itu hanya berlaku di novel
atau film. Eh wait, kamu, well, kita, ehm, saya, kan sudah
melewati chapter happy ending waktu gugatan cerai dikabulkan pengadilan.
Who
says happy ending harus melibatkan manusia berjenis
laki-laki ? *teamfeminis
Lagi pula, hidup itu sudah
banyak dramanya tanpa perlu ditambahi drama-drama roman. You, us, perlu bekerja, paying bills, menabung untuk biaya
sekolah anak, juga perlu membiayai hobi sendiri demi kesejahteraan jiwa raga.
Jadi ya, hiduplah
sewajarnya. Kalau dating, jangan
mengharapkan grand gestures from your
significant other. Dan tetaplah logis.
Baca : My Thoughts On TheArchitechture Of Love
Your
Happines is Your Responsibility
Saya lupa pernah baca di
mana, ada ungkapan begini : if you’re not
capable of being alone, your relationship is false.
Dibilang relationship palsu karena kamu menjalin
hubungan hanya karena enggak ingin sendiri. Hasilnya, kamu ingin relationship itu kamu-sentris. Kamu akan
minta selalu jadi yang pertama. Kamu akan menuntut your significant other untuk berotasi mengelilingi kamu.
Gimana kalau itu si significant other juga orang yang
sejenis ? Kalian sama-sama orang yang enggak bisa sendiri. Kalian sama-sama
menggantungkan kebahagiaan pada pasangan. Enggak akan berhasil.
Baca : Don’t Tie The KnotWith These Guys
Ada yang pernah nonton drama
Korea The Package ? Saya suka waktu Yoon So So menolak ajakan San Ma Roo pulang
ke Korea setelah dua-duanya saling bilang suka. Tahu enggak alasan Yoon So So
apa ? Dia mau memaafkan diri sendiri dulu, berdamai dengan masa lalu, mencari
cara untuk bisa bahagia sendiri dulu sebelum menerima siapa pun.
Dia menambahkan kalau
kebahagiaan itu tanggung jawab diri sendiri. Enggak bisa dibebankan pada
pasangan atau orang lain siapa pun. Kalau pas single enggak bisa bahagia, nanti setelah dating pun enggak akan bahagia. Yang ada malah menuntut partner date untuk menghujani dia dengan
perhatian dan macam-macam supaya dia bahagia.
Itu bukan dating namanya, tapi perampokan.
Poin ini sebenarnya bukan
hanya berlaku untuk divorcee, tapi
untuk semua perempuan.
Baca : Dear High QualitySingle Ladies
You
Have Kids
It’s
simpler if you don’t. Seperti Alexandra di Divortiare, Raia di
TAOL, atau Meghan Markle. You could act
like kamu belum pernah menikah karena enggak ada bedanya kan.
Beda kalau you have kids. The kids akan selalu jadi prioritas. Enggak lucu dong kalau suatu
hari kamu nelpon partner bilang gini : “Honey, kita nggak jadi kencan ya,
anakku rewel nih nggak mau ditinggal”. Silakan tertawa. Saya juga ngakak pas
nulis ini.
Ah iya, soal anak ini saya
dapat insight dari beberapa single moms di SMI. Sebagian mereka berpendapat
kalau enggak melibatkan anak di tahap awal dating.
Jangan sampai anak dekat dengan partner
date, nanti kalau kalian break up
sangat mungkin anak juga ikut kecewa. Kasus lain, nanti anak akan bingung juga kalau
kamu sering ganti-ganti partner date.
Ask
Again, Do You Really Need Dating ?
Ini yang paling penting.
Kamu perlu merumuskan tujuan kamu dating
tuh apa. Cuma main-main atau sekedar wasting
time karena punya waktu luang ? Cuma sedang butuh distraksi ? To fullfill you when you’re horny ? Atau
memang berniat membangun relationship
dengan visi tertentu ? Atau cuma penasaran dan pengen ngetes diri sendiri ?
Kalau hanya main-main,
pastikan ada rules-nya. Game without rules pasti berakhir
nyakitin. Either you will hurt or get
hurt. Kalau cuma sedang butuh distraksi, ya jangan keterusan. Yakali ah mau
kedistrak tiap hari. Kerjaan tuh kelarin.
Kalau alasan kamu dating itu yang ketiga, well, menurut saya sih enggak worth it ya kecuali dia se-hawt Christian Grey. Jauh lebih praktis
beli vibrator aja. Atau cari fuck buddy yang enggak perlu melibatkan
perasaan.
Nah, kalau memang kamu dating dengan visi tertentu, sebut saja
tujuan kalian pernikahan, jangan turunkan standar. Maksud saya, kalau kamu
punya prinsip anti rokok ya jangan end up
with smoker. Jangan lupa pre-marriage
talks.
Baca : Pre Marriage TalksI Didn’t Do
Pikirkan lagi dia husband-able atau enggak. Cari tahu
bagaimana keluarganya. Siapkan hati dan telinga karena saya yakin pasti akan ada
slentingan bernada merendahkan dari salah satu anggota keluarganya. Slentingan bernada
merendahkan tuh bisa bunyinya : “cantik sih, sayang janda”, atau “kenapa sih
enggak nyari yang bukan divorcee ?”dan
semacamnya. Cukup bikin gatel kuping ?
Alasan dating terakhir, untuk ngetes diri
sendiri, ini kedengeran narsistik tapi siapa tahu ada yang begini kan ? Misalnya,
kamu dulu perempuan paling keren di kampus. Everybody
adored you. Jadi sekarang setelah kamu jadi ibu tunggal slash divorcee kamu ingin tahu apakah masih punya efek yang sama atau
enggak. Boleh aja sih, tapi pastikan kamu siap kalau hasilnya enggak sesuai
ekspektasi.
Akhirnya saya jadi mikir
sendiri. Sebenarnya esensi dating itu
apa sih ? Apa fungsinya punya significant
other buat saya ? Untuk partner bercerita apa saja mulai dari small talks hingga deep conversation ? Errr, I
prefer do that with besties. Untuk share
berbagai rencana dan cita-cita lalu menganalisis bareng ? Saya lebih suka nulis
rencana di jurnal lalu menganalisisnya dengan hasil riset internet.
Mungkin, supaya ada shoulder to cry on ? Teori doang sih
ini. Bahu enggak bisa disenderin via videocall. Malu juga kali, nangis di
depan orang. Ah, mungkin supaya ada telinga yang mendengarkan macam-macam keluh
kesah saya di akhir hari ? Hahaha. Kasian amat, itu partner date apa tempat sampah sih.
Baca : Nikah Muda dan CintaTanpa Syarat
Jadi kesimpulan saya apa ?
Well, ya
sudahlah, let’s date ! For fun doang.
Kiss kiss
Jebolan ngopi cantik 4 beneran nih :D
ReplyDeleteYang bagian false relationship itu jadi renungan banget buat aku deh jangan-jangan selama ini aku gitu (?)
Ah, jadi pengen nonton The Package hahahahaa
Aku setuju, kebahagiaan kita ditentukan oleh kita sendiri.
ReplyDeleteJadi suatu saat jgan minta anak bikin cita2 membahagiakan ortu, bahagia itu dtangan sendiri.
Bahagia Kita Yg ciptain, persetan yes orang mau Bicara APA yakan ?
Deleteheheheeh....iyaaaap let's date for fun, meski udah 6 thn divorce sampe skrg aku blom siap buat hubungan serius, jd klo ada yg ngajak serius lgsg minggir2 deh wkwkwk, yg penting mau kmn aja ada yg nemanin..that's enought for me now
ReplyDeleteFalse relationshipnya sangat mengena dihati. Dan memang begitu adanya
ReplyDeleteKalo kasus mamaku sendiri, beliau emang nge date buat fun doank sih. Toh buat apa kalo dipikir ya. Mama udah mau pensiun, tinggal nikmatin hangatnya hidup sama anak cucu. Kayaknya enggak perlu deh nge date, apalagi nikah lagi. Huhuhu.
ReplyDeleteAku sedih aslinya, tapi ya gimana, mama butuh teman di masa tuanya ini.
Btw mbak, makasih sudah sharing "Life as Divorcee" nya. Aku jadi enggak egois dalam menyikapi perceraian orang tuaku.
Kiss kiss.
Your happiness is your reaponsibility. Suka quote ini.
ReplyDeleteAku sudah mendengar banyak hal yang sama dengan tulisan ini dari ibuku sendiri. Aku juga sudah kenyang dari kecil mendengar omongan miring tentang status divorce yang beliau sandang.
So, i think i feel you, kita yang menentukan bahagia kita bagaimana :)