Enggak
typo kok itu. Saya emang sengaja
nulis shit.
Di
menit-menit pertama Susah Sinyal, saya disuguhi drama hubungan Ellen-Kiara yang
shit banget. Ellen yang tipikal workaholic-alpha-female dan Kiara
yang dekat dengan omanya. Meskipun nggak disebut di awal film kalau mereka
berdua adalah ibu dan anak, tapi kelihatan banget kok. Tersirat dengan jelas.
Ada
adegan Kiara yang jutekin Ellen, dan kelihatan banget itu Kiara nggak suka sama
mamanya. Ada juga adegan Ellen nggak suka hobi Kiara main Youtube. Ada lagi
adegan keduanya saling marah sambil nangis. Beneran shit banget kan ?
Lalu
mereka liburan ke Lombok. Ada konflik lagi di sana-sini, lalu happy ending hubungan mereka membaik. Alurnya sederhana, to the point, dan nggak banyak ornamen. Ah,
well, ada sih hiasan komedi garing di
sana-sini meski enggak sampai mengganggu.
Ah,
ini loh yang saya sebel kalau nonton film pas PMS. Saya jadi less critical. Semua adegan jadi relatable. Ya begini waktu saya nonton
Susah Sinyal kemarin. Bodo amat sama plot atau akting pemainnya. Si Adinia
Wirasti cantik dan main bagus. Itu aja yang saya tangkap. Selebihnya, saya
menangkap beberapa poin soal mother-daughter relationship.
Pilih Satu : Uang atau Waktu
Yup.
Apa sih problem utama mother-daughter
relationship kalau bukan soal waktu yang kurang ? Terutama yang single mother ya ini. Kayak Ellen. Dan,
ehm, kayak saya. Si anak merasa ibunya lebih sayang pekerjaan dari pada
dirinya. Si ibu merasa bekerja keras demi anak lantas ingin si anak maklum
kalau jarang punya waktu luang. Toh semua kebutuhan si anak dipenuhi.
Baca : Before You Decide To Divorce
Waktu
Kiara protes pada Ellen, bilang selama ini enggak diperhatikan, bla bla bla,
yang ada di otak saya : “shit,
mungkin banget nanti Uprin dan saya begitu juga”. Tapi Kiara kebangetan, anyway. Judes sama mamanya sampai
segitunya.
FYI,
bukan sekali dua kali Uprin merajuk ketika saya sedang bekerja. Seperti pagi
tadi. Saya stand by di depan laptop,
dengan telinga disumpel earphone.
Damai sesaat sampai Uprin datang dan minta main bareng saya. Katanya : “mama
jangan kerja, mama main bareng Uprin”. Dan saya jawab dengan : “kalau mama
enggak kerja, Uprin enggak bisa jajan es krim, enggak bisa punya baju baru”.
Yang direspon Uprin dengan nangis.
Enak
banget ya, jadi anak kecil taunya nangis doang.
Dan
akhirnya saya ikutin dia main. The worst
part is : saya selalu merasa waktu nemenin anak main itu terbuang percuma.
I mean, dalam 2 jam nemenin Uprin main itu seharusnya bisa saya manfaatkan
untuk nulis artikel, coret-coret jurnal, baca, riset, atau apapun.
Baca : I Love My Daughter, But Not That Much
Hell,
kan ?
Idealnya
sih saya harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan ngurus anak. Harusnya
saya kerja pas Uprin tidur atau main sendiri. Apalagi jam kerja saya fleksibel
alias semau saya.
TAPI
KAN REALITANYA ENGGAK BEGITU !
Eh,
caps lock jebol.
Baca : 10 Hal Yang Dialami Beauty-Mom Blogger
Kalau
saya anak konglomerat sih bisa kali ya, punya banyak waktu sama anak dan uang
tetap mengalir deras. Sayangnya saya orang biasa. Jadi ya tetep harus milih
antara : rajin kerja dan punya uang tapi waktu kurang ; atau waktu banyak tapi
uang dikit karena kerjanya dikit. Ini seharusnya anak juga ngerti. Tapi masih
anak-anak kasian kalau disuruh ngertiin orang dewasa.
Dilema.
Bukan Kebersamaan, Tapi Pengertian
Well,
poin kedua ini saya dapat dari scene
Susah Sinyal waktu di Sumba. Ellen dan rombongan dijadwalkan tour pada suatu pagi sampai sore,
sementara Kiara males ikut tour dan
justru pengen pergi bareng Abe (saya belum bilang, ya, kalau Kiara ini anak
remaja ?). Abe is karyawan hotel tempat Kiara dan Ellen menginap. Karyawan yang
ganteng dan baik hati, tepatnya. Gantengnya kayak apa ? Kayak Refal Hady.
Nah,
Ellen dan Kiara kan ceritanya ke Sumba mau quality
time. Harusnya mereka liburan bareng dong. Tapi enggak selalu begitu. Bukan
kebersamaan yang penting, tapi pengertian.
Di
Susah Sinyal, Ellen mengizinkan Kiara pergi bareng Abe meskipun agak keberatan
karena Ellen mau bersikap pengertian. Saya belum tentu bisa bersikap pengertian
begitu nanti kalau Uprin remaja. PR banget sih ini nantinya.
Happy Mom = Happy Kid
Ini
guru BP-nya Kiara yang bilang. Guru BP-nya perhatian banget deh, paham kalau
ada murid yang bikin masalah biasanya berasal dari keluarga yang enggak
kondusif.
Dan
mau enggak mau saya perlu bilang kalau ini benar. Kunci dari rumah yang
kondusif adalah ibu yang bahagia. Contoh konkret nih ya, kalau suasana hati
saya lagi enggak enak, bukan cuma Uprin yang jadi sasaran. Tapi juga kalian follower Instagram saya jadi korban karena
saya nyampah di Insta Story.
Tapi
saya enggak suka Susah Sinyal memberikan solusi bahagianya Ellen berupa
kehadiran Aji. Padahal kan di awal Ellen bilang enggak butuh laki-laki untuk
bikin dia hepi.
Baca : Dear High Quality Single Ladies
Gini
ya, kebahagiaan kan harusnya datang dari diri sendiri, dari apa-apa yang sudah
dipunya. Apalagi ini Ellen kan perempuan dewasa, punya karier bagus, pintar.
Siapa Aji gitu dateng-dateng menawarkan happiness.
Enggak asik ih.
First Thing’s First, Sinyal
Hahaha. Ini enggak sarkas
kok. Lewat film ini saya menangkap : apa sih yang lebih penting dari sinyal di
zaman sekarang ? Lihat deh, Kiara yang tadinya ngamuk-ngamuk di Sumba langsung
ceria begitu dapat sinyal internet. Ellen yang tadinya suntuk karena inget
kerjaan jadi kelihatan lega setelah ketemu sinyal. Sinyal bikin pasangan
ibu-anak ini akur.
It
means, masing-masing ibu-anak ini punya kehidupan sendiri. Itu
bagus untuk kesehatan mental mereka. Meskipun ibu-anak ini sedang liburan
bareng, mereka tetap mau keep in touch
dengan kehidupan masing-masing. For the
sake of work-life balance. Kuncinya
komunikasi. Dan komunikasi yang lancar hanya bisa didapat kalau enggak susah
sinyal.
Uprin dan saya gini juga
loh. Uprin butuh sinyal untuk nonton Youtube (not good, I know). Saya butuh
sinyal untuk .... apa saja. Dan ketika semua berjalan lancar, kami baik-baik
saja.
Get
it ?
Ada yang mau nambahin
cerita atau apapun soal mother-daughter
relationship ? Kolom komen terbuka.
Kiss kiss
Aku belum nonton, sepertinya bagus yakk.. Aku dan bocil juga butuh sinyal.
ReplyDeleteLia.
Aku suka banget sama film susah sinyal ini :)
ReplyDelete