It really is heart-warming, diingatkan jangan keseringan begadang, keluhan kamu
didengarkan, ditanya apakah kamu baik-baik saja. Seneng kan, merasa dicintai even in
the simplest form seperti perhatian-perhatian tadi ? Tapi orang itu, yang
mengingatkan kamu untuk tidur tepat waktu, yang menawarkan tumpangan supaya
kamu enggak capek, enggak akan selamanya ada di sisi kamu.
Cuma
kamu sendiri yang ada di sisimu sampai mati nanti. Itu sebabnya kamu perlu self-love.
Baca : When I Think About Death
Barusan
saya baca blognya mbak Andra Alodita yang event Cosmopolitan itu, dan nemu satu
kalimat bijak “loving yourself is the greatest revolution”. Ya pantes lah ya,
mbak Andra jadi salah satu dari 16 Inspiring Moms Under 40. Lha wong dianya inspiring banget. *langsung berasa remah-remah gorengan
Ah,
gitu loh saya. Lihat achievement
orang lain langsung insecure sendiri
(ditambah barusan lihat postingan Tasya Kamilla di instagram yang dia keren
banget gitu masih muda udah jadi panelis di forum internasional ngomongin
pembangunan dunia). Langsung merasa enggak berguna jadi manusia. Langsung
merasa semua usaha sia-sia. Langsung merasa hidup enggak ada artinya (the rhyme, tho). Padahal ya apa sih,
setiap orang kan punya impian, goals, zona waktu, dan takdir yang berbeda.
Baca : Quarter Life Crises
Tapi
bukan itu yang mau saya bahas.
Soal
ungkapan loving yourself tadi, saya
jadi mengingat-ingat kapan terakhir kali saya mencintai diri sendiri. Sialnya,
saya enggak ingat.
Saya
rajin pakai skincare, trial and error,
bukan dengan kesadaran bahwa my skin deserves better melainkan karena saya
enggak mau kelihatan jelek banget di foto. Saya make up sebelum pergi, bukan
lantaran menghargai diri sendiri melainkan untuk menutupi perasaan insecure. Saya pergi nonton film karena
ingin mengkritik sesuatu, alih-alih untuk quality
me-time. Saya menulis untuk show off,
bukan karena menikmati kegiatan menulisnya. Dan seterusnya.
Baca : Pelajaran dari Film Susah Sinyal
Dzolim
pada diri sendiri ? Sering. Melewatkan waktu makan karena malas mengambil
makanan. Memotong 75% waktu tidur karena pekerjaan belum selesai. Mengambil
alih seluruh tugas karena sulit mempercayai orang lain. Overthinking terhadap apa pun karena sepertinya segalanya terlalu
rumit. Mengatakan tidak meskipun hati menginginkan sebaliknya karena gengsi.
Familiar
? Saya yakin bukan satu-satunya yang sering begitu.
Sekarang
pertanyaannya : gimana caranya mencintai diri sendiri ?
Saya
enggak tahu cara pastinya. Tapi, bagaimana kalau saya mulai dengan hal yang
paling simpel : makan tepat waktu, tidur 6 jam sehari, selesaikan pekerjaan
satu demi satu, dan berhenti berasumsi terhadap semua peristiwa ? Tetap rajin
pakai skincare dan tetap menulis.
Kalau
niat memakai skincare ataupun niat menulis belum bisa diubah ya sudah. Enggak apa-apa.
Masih merasa insecure juga enggak apa-apa. Manusiawi. Prinsip dari self-love kan menerima kekurangan dan
kelebihan diri sendiri. Sederhana aja. Siapa bilang self-love harus selalu berupa sesuatu yang fancy seperti menghadiahi diri sendiri skincare mahal yang harganya
sebulan gaji atau berlibur ke luar negeri yang dananya cukup untuk pergi haji ?
Baca : Simplify Your Life
Udah,
gitu aja. Kalian punya cerita soal perjalanan mencintai diri sendiri ? Share
dong !
Kiss
kiss.
mampir ke blognya kak virly akhirnya milih buat baca postingan ini. akhir-akhir aku sering nyalahin diri sendiri karena masa-masa suram dulu. jadi lupa deh mencintai diri sendiri. padahal yang paling ngerti apa yang kita suka dan apa yang kita benci ya diri sendiri, jadi ngerasa malu. maacih ya kak, udah diingetin biar ngga lupa menerima kekurangan sendiri<3
ReplyDeleteaidacht.com