LESSON I LEARNED #4 : HOW TO SURVIVE BEING AN INTROVERT

7 comments

introvert tips

Sebagai seorang introvert yang juga socially awkward, masalah saya satu : enggak bisa basa-basi. Saya enggak bisa small talk sama orang dan berpura-pura tertarik. Itulah sebabnya, saya selalu kelihatan antisosial saat datang ke event blogger (kecuali event-nya Beautiesquad), juga selalu menjadi silent reader di grup mana pun. Apapun yang ada kaitannya dengan bersosialisasi, networking, memaintain pertemanan, dan sejenisnya, nilai saya nol besar.

Baca : Event Grand Opening Verve Bistro
Tentu saja, menjadi introvert in this noisy yet extrovert-sentris world itu challenging. Introvert yang lebih suka diam sambil mengobservasi sekitar seringkali disalahpahami. Ada yang terang-terangan menyebut introvert sebagai orang sombong karena enggak banyak ngobrol. Well, ada beberapa daerah yang punya local wisdom “banyak bicara = pandai bersanak = orang baik”. Enggak sedikit juga yang menganggap introvert itu weird. Oh, saya memang weird sih.

Tapi namanya manusia kan makhluk sosial, perlu bantuan orang lain selama hidup, perlu berkomunikasi dengan sesama, butuh curhat sama manusia beneran bukan cuma instastory, butuh teman ghibah juga. Intinya, orang-orang introvert butuh survive lah.
Baca : Silaturrahmi Untuk Introvert
I know I’m not the only introvert yang ngerti rasanya struggle untuk bisa nyambung dan nyaman berada di tengah-tengah kebisingan populasi manusia. Jadi saya mau berbagi tips how to survive being an introvert, mudah-mudahan ada gunanya.

Practice

Practice makes perfect, they said. Bukan hanya berlaku untuk aktivitas ketangkasan atau ketajaman otak, orang-orang introvert seperti saya juga perlu latihan berkomunikasi. Speak, listen, compromise. Tiga itu saja kuncinya. Tiga itu saja saya lakukan berulang-ulang, dengan porsi latihan speak dan compromise lebih banyak.

Practicenya dengan siapa? Dengan siapa saja bisa. Latihannya harus face to face? Enggak juga, saya latihan komunikasi via phone dan video call juga. Bagi kami, panggilan telepon dan video call sama annoyingnya dengan komunikasi tatap muka. Kami introvert prefer chat all the way lah.

Berkali-kali telponan dan video call dengan banyak pihak (klien, calon klien, calon bos, teman biasa, teman luar biasa, mantan pacar, mantan suami, mantan mertua, anak, orang tua, dan banyak lagi), saya bisa bilang sekarang saya enggak sekikuk dulu kalau ditelpon. Saya sudah bisa bernegosiasi dan mendapat informasi lengkap yang sedang saya cari.

Giving Gift

Saya lupa pernah baca di mana, hadiah itu mempererat tali persaudaraan. Saya juga sering mendengar, kalau sedekah itu menolak bala (kemalangan). Pepatah lain yang sampai bosan saya dengar, tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Intinya, sering-seringlah memberi hadiah. Apalagi ini menjelang ramadhan lalu lebaran kan, enggak akan dibilang aneh kalau tiba-tiba mengirim hadiah.

Kami para introvert enggak punya problem dengan mencari tahu kesukaan orang. We love searching (sekaligus stalking) about people and what they love or they need. Kami bisa mengira-ngira akan memberi si A ini dan si B itu sebagai hadiah. Tentu saja berdasarkan asumsi ya. Realitanya si A dan si B beneran suka atau butuh pemberian kita ya enggak tahu juga. Hahaha. Paling bener dan aman, kasih gift berupa voucher belanja aja. Kalau saya suka pesan online voucher Sodexo Gift Pass.

gift voucher

Memberi gift voucher sebenarnya jauh lebih gampang dibanding memberi berupa barang sekaligus lebih terasa sopan karena sungkan kalau memberi uang tunai sebagai hadiah (kecuali ke undangan kawinan ya). Dari sisi penerima, gift voucher bisa dibelikan barang yang sedang mereka butuhkan. Buat bookish, bisa untuk beli buku. Buat foodie, gift voucher Sodexo bisa untuk makan-makan di berbagai tempat. Buat traveler, bisa dimanfaatkan untuk mengurangi budget jalan-jalan. Buat yang baru punya rumah baru, gift vouchernya bisa dibelanjakan furnitur. Bahkan buat ibu baru, bisa pakai voucher Sodexo untuk beli diapers. Macem-macem lah.

FYI, daftar merchant Sodexo Gift Pass ini banyak banget. Ada 280 merchant dengan lebih dari 17.000 outlet di seluruh Indonesia. Asiknya, merchant Sodexo enggak cuma ada di kota besar, tapi di kabupaten kecil pun ada. Dari Etude House, Gramedia, Patbingsoo, Matahari, Carrefour, Wacoal, sampai Alfamart yang di sebelah rumah bisa nerima pembayaran dengan Sodexo Gift Pass.


Dari sisi pemberi, ngasih hampers berupa voucher Sodexo itu menghemat waktu dan energi banget. Gini ya, beli gift vouchernya online aja, terus ngasih vouchernya bisa via email juga kalau-kalau enggak sempat ketemu dengan si penerima. Saya enggak perlu pergi ke toko nyari hadiah berdasarkan asumsi, enggak perlu melewati segala kemacetan dan menembus debu jalanan, enggak perlu dibasa-basiin sama mbak-mbak shop assistant, serta enggak perlu-enggak perlu yang lainnya.

Nominal Sodexo Gift Pass sendiri ada 3 macam : IDR 25K, 50K, dan 100K. Bisa saya sesuaikan besaran nominalnya. Khusus yang nominal 25K itu bisa banget dibagiin pas lebaran sebagai salam tempel buat keponakan yang jumlahnya enggak cukup dihitung dengan jari-jari 2 tangan.

Banyak Senyum

Tips survive being an introvert yang ketiga : perbanyak senyum. Seriously, senyum itu cara paling mudah untuk bikin orang-orang introvert yang punya template muka jutek seperti saya untuk kelihatan sedikit lebih ramah. Memperbanyak senyum itu sebagai kompensasi dari minimalisnya saya ngomong. Dari pada saya basa-basi yang justru bikin saya makin kelihatan basi, kan lebih aman saya banyakin senyum.

Bikin Disclaimer

Ini sih andalan saya. Sebelum orang-orang menyalahpahami saya yang irit ngomong, saya mending memberi disclaimer di depan kalau saya 73% introvert dan memang enggak pinter ngobrol. Bukan hanya IRL, tapi di dunia maya juga. Di Instastory misalnya, saya sering membagikan cerita pakai hashtag #IntrovertLyfe.

Kalau kalian punya cerita apa seputar menjadi introvert? Share dong!

7 comments

  1. Ciyeee kalau event BS jadi extrovert ya kak? :))
    Sekian dan terima hibahan voucher Sodexo.

    Cheers,
    Cindy
    www.cindyartha.com

    ReplyDelete
  2. Kadang aku bisa ramah sama orang baru kenal. Tapi kebanyakan aku milih diem, bahkan ngomong di telfon pun kadang aku hindari, mesti milih sms atau wa aja. Itu aku introvert apa muka dua ya 🤣

    ReplyDelete
  3. I feel you qaqaaa.. Sampe kadang ajah aku mau nelpon aja deg-deg-an, mikir "orangnya bakalan judes ga yah? ramah ga yah? nyambung ga yah?", ujung-ujungnya ga jadi nelpon. wkwk dan lebih memilih udah cari info sendiri ajah. Tapi practice make perfect, sekarang udah agak bisa menghadapi orang baru. ahah..

    ReplyDelete
  4. aku juga gabisa ngobrol sama orang yang baru dikenal misal temennya temenku, bahkan nyapa juga kadang suka malu takut dianggep 'sok kenal' walaupun beberapa kali main tetep engga pede mau nyapa duluan hahaha

    www.lianaeka.com

    ReplyDelete
  5. Aku juga dulu introvert, tapi seiring berjalannya waktu jadi extrovert. Entah apa yg merubah... 😅

    ReplyDelete
  6. bahagia bener kalo dapet sodexo, aku pasti langsung cus ke dandan.. *kode keras

    ReplyDelete
  7. Saya introvert. Saya merasa, selama nggak menyalahi aturan agama ngapain saya berubah?
    Being introvert is amazing. I don't wanna change just to be accepted by other people. Sombong?? insya Allah bukan! Saya nggak memandang rendah manusia lain. Saya nggak menolak kebenaran. Pribadi introvert hanya bicara ketika perlu bicara. Ada lho sahabat Rasulullah yg tidak suka kumpul2 dengan manusia lain. Beliau hanya keluar rumah untuk ke masjid atau untuk keperluan yg mendesak.

    ReplyDelete

Halo, terimakasih sudah mampir di JurnalSaya. Satu komentar Anda sangat berarti bagi saya.
Semua komentar dimoderasi ya. Komentar yang berisi pesan pribadi akan saya anggap spam.
Oiya, tolong jangan tinggalkan link hidup di badan komentar. Kisskiss