Sebagai
seorang introvert yang juga socially
awkward, masalah saya satu : enggak bisa basa-basi. Saya enggak bisa small talk sama orang dan berpura-pura
tertarik. Itulah sebabnya, saya selalu kelihatan antisosial saat datang ke
event blogger (kecuali event-nya Beautiesquad), juga selalu menjadi silent
reader di grup mana pun. Apapun yang ada kaitannya dengan bersosialisasi,
networking, memaintain pertemanan, dan sejenisnya, nilai saya nol besar.
Baca : Event Grand Opening Verve Bistro
Tentu
saja, menjadi introvert in this noisy yet
extrovert-sentris world itu challenging.
Introvert yang lebih suka diam sambil mengobservasi sekitar seringkali
disalahpahami. Ada yang terang-terangan menyebut introvert sebagai orang
sombong karena enggak banyak ngobrol. Well,
ada beberapa daerah yang punya local
wisdom “banyak bicara = pandai bersanak = orang baik”. Enggak sedikit juga
yang menganggap introvert itu weird.
Oh, saya memang weird sih.
Tapi
namanya manusia kan makhluk sosial, perlu bantuan orang lain selama hidup,
perlu berkomunikasi dengan sesama, butuh curhat sama manusia beneran bukan cuma
instastory, butuh teman ghibah juga. Intinya, orang-orang introvert butuh
survive lah.
Baca : Silaturrahmi Untuk Introvert
I know I’m not the only introvert yang ngerti rasanya struggle untuk bisa nyambung dan nyaman berada di tengah-tengah
kebisingan populasi manusia. Jadi saya mau berbagi tips how to survive being an introvert, mudah-mudahan ada gunanya.
Practice
Practice makes perfect, they said. Bukan hanya berlaku untuk aktivitas ketangkasan atau ketajaman
otak, orang-orang introvert seperti saya juga perlu latihan berkomunikasi. Speak, listen, compromise. Tiga itu saja
kuncinya. Tiga itu saja saya lakukan berulang-ulang, dengan porsi latihan speak dan compromise lebih banyak.
Practicenya
dengan siapa? Dengan siapa saja bisa. Latihannya harus face to face? Enggak juga, saya latihan komunikasi via phone
dan video call juga. Bagi kami,
panggilan telepon dan video call sama
annoyingnya dengan komunikasi tatap
muka. Kami introvert prefer chat all the
way lah.
Berkali-kali
telponan dan video call dengan banyak
pihak (klien, calon klien, calon bos, teman biasa, teman luar biasa, mantan
pacar, mantan suami, mantan mertua, anak, orang tua, dan banyak lagi), saya
bisa bilang sekarang saya enggak sekikuk dulu kalau ditelpon. Saya sudah bisa
bernegosiasi dan mendapat informasi lengkap yang sedang saya cari.
Giving Gift
Saya
lupa pernah baca di mana, hadiah itu mempererat tali persaudaraan. Saya juga
sering mendengar, kalau sedekah itu menolak bala (kemalangan). Pepatah lain
yang sampai bosan saya dengar, tangan di atas lebih baik dari pada tangan di
bawah. Intinya, sering-seringlah memberi hadiah. Apalagi ini menjelang ramadhan
lalu lebaran kan, enggak akan dibilang aneh kalau tiba-tiba mengirim hadiah.
Kami
para introvert enggak punya problem dengan mencari tahu kesukaan orang. We love searching (sekaligus stalking) about people and what they love or they need. Kami bisa
mengira-ngira akan memberi si A ini dan si B itu sebagai hadiah. Tentu saja berdasarkan
asumsi ya. Realitanya si A dan si B beneran suka atau butuh pemberian kita ya
enggak tahu juga. Hahaha. Paling bener dan aman, kasih gift berupa voucher
belanja aja. Kalau saya suka pesan online voucher Sodexo Gift Pass.
Memberi
gift voucher sebenarnya jauh lebih gampang dibanding memberi berupa barang
sekaligus lebih terasa sopan karena sungkan kalau memberi uang tunai sebagai
hadiah (kecuali ke undangan kawinan ya). Dari sisi penerima, gift voucher bisa
dibelikan barang yang sedang mereka butuhkan. Buat bookish, bisa untuk beli buku. Buat foodie, gift voucher Sodexo bisa untuk makan-makan di berbagai
tempat. Buat traveler, bisa dimanfaatkan untuk mengurangi budget jalan-jalan.
Buat yang baru punya rumah baru, gift vouchernya bisa dibelanjakan furnitur.
Bahkan buat ibu baru, bisa pakai voucher Sodexo untuk beli diapers. Macem-macem
lah.
FYI,
daftar merchant Sodexo Gift Pass ini banyak banget. Ada
280 merchant dengan lebih dari 17.000 outlet di seluruh Indonesia. Asiknya,
merchant Sodexo enggak cuma ada di kota besar, tapi di kabupaten kecil pun ada.
Dari Etude House, Gramedia, Patbingsoo, Matahari, Carrefour, Wacoal, sampai
Alfamart yang di sebelah rumah bisa nerima pembayaran dengan Sodexo Gift Pass.
Dari
sisi pemberi, ngasih hampers berupa voucher Sodexo itu menghemat waktu dan
energi banget. Gini ya, beli gift vouchernya online aja, terus ngasih
vouchernya bisa via email juga kalau-kalau enggak sempat ketemu dengan si
penerima. Saya enggak perlu pergi ke toko nyari hadiah berdasarkan asumsi,
enggak perlu melewati segala kemacetan dan menembus debu jalanan, enggak perlu
dibasa-basiin sama mbak-mbak shop assistant, serta enggak perlu-enggak perlu yang
lainnya.
Nominal
Sodexo Gift Pass sendiri ada 3 macam : IDR 25K, 50K, dan 100K. Bisa saya
sesuaikan besaran nominalnya. Khusus yang nominal 25K itu bisa banget dibagiin
pas lebaran sebagai salam tempel buat keponakan yang jumlahnya enggak cukup
dihitung dengan jari-jari 2 tangan.
Banyak Senyum
Tips
survive being an introvert yang
ketiga : perbanyak senyum. Seriously,
senyum itu cara paling mudah untuk bikin orang-orang introvert yang punya template muka jutek seperti saya untuk
kelihatan sedikit lebih ramah. Memperbanyak senyum itu sebagai kompensasi dari
minimalisnya saya ngomong. Dari pada saya basa-basi yang justru bikin saya
makin kelihatan basi, kan lebih aman saya banyakin senyum.
Bikin Disclaimer
Ini
sih andalan saya. Sebelum orang-orang menyalahpahami saya yang irit ngomong,
saya mending memberi disclaimer di
depan kalau saya 73% introvert dan memang enggak pinter ngobrol. Bukan hanya
IRL, tapi di dunia maya juga. Di Instastory misalnya, saya sering membagikan
cerita pakai hashtag #IntrovertLyfe.
Kalau
kalian punya cerita apa seputar menjadi introvert? Share dong!
Ciyeee kalau event BS jadi extrovert ya kak? :))
ReplyDeleteSekian dan terima hibahan voucher Sodexo.
Cheers,
Cindy
www.cindyartha.com
Kadang aku bisa ramah sama orang baru kenal. Tapi kebanyakan aku milih diem, bahkan ngomong di telfon pun kadang aku hindari, mesti milih sms atau wa aja. Itu aku introvert apa muka dua ya 🤣
ReplyDeleteI feel you qaqaaa.. Sampe kadang ajah aku mau nelpon aja deg-deg-an, mikir "orangnya bakalan judes ga yah? ramah ga yah? nyambung ga yah?", ujung-ujungnya ga jadi nelpon. wkwk dan lebih memilih udah cari info sendiri ajah. Tapi practice make perfect, sekarang udah agak bisa menghadapi orang baru. ahah..
ReplyDeleteaku juga gabisa ngobrol sama orang yang baru dikenal misal temennya temenku, bahkan nyapa juga kadang suka malu takut dianggep 'sok kenal' walaupun beberapa kali main tetep engga pede mau nyapa duluan hahaha
ReplyDeletewww.lianaeka.com
Aku juga dulu introvert, tapi seiring berjalannya waktu jadi extrovert. Entah apa yg merubah... 😅
ReplyDeletebahagia bener kalo dapet sodexo, aku pasti langsung cus ke dandan.. *kode keras
ReplyDeleteSaya introvert. Saya merasa, selama nggak menyalahi aturan agama ngapain saya berubah?
ReplyDeleteBeing introvert is amazing. I don't wanna change just to be accepted by other people. Sombong?? insya Allah bukan! Saya nggak memandang rendah manusia lain. Saya nggak menolak kebenaran. Pribadi introvert hanya bicara ketika perlu bicara. Ada lho sahabat Rasulullah yg tidak suka kumpul2 dengan manusia lain. Beliau hanya keluar rumah untuk ke masjid atau untuk keperluan yg mendesak.