Jadi,
saya habis DM-DM-an sama Nahla Halo Terong (gila ya, saya tuh ngefans banget
sama blogger multitalent yang namanya
Nahla itu dari pertama kali baca blognya! Dan sekarang bisa DM-DM-an personal
hahaha starstruk banget nggak si).
Dari DM-DM itu saya ngide nulis ini. Intinya sih ini semacam kumpulan lampu
merah dan kuning yang harus diwaspadai dalam pernikahan.
Disclaimer
deh, ini bukannya saya ngusulin kalian untuk bilang cerai seketika kalau ternyata
suami kalian terdiagnosis salah satu kategori di artikel ini ya. Saya bilang
tadi, ini lampu merah dan kuning, bukan lampu merah mutlak. Saya nulis ini
berdasarkan pengalaman pribadi dan perenungan light to medium (yaa semacam coverage
foundation gitu). Well, ati-ati aja pokoknya.
Dan
inilah jenis-jenis suami yang (menurut saya) mending dicerai aja.
PS
: saya pernah nulis artikel sejenis ini untuk kalian-kalian yang belum menikah.
Baca : Don’t Tie The Knot With These Guys
Suami Pelit
Sederhana
dan pelit dan enggak mampu itu beda ya. Pelit ini berarti si suami punya uang
tapi enggan mencukupi kebutuhan materi keluarga. Skenarionya mungkin si suami memberi
uang belanja dalam jumlah minimal tapi meminta pelayanan maksimal. Mungkin ogah
bayar jasa ART tapi menuntut rumah bersih rapi 24 jam.
Mungkin
malah menggantungkan operasional rumah tangga sepenuhnya pada gaji kalian para
istri sedangkan gajinya untuk kesenangan sendiri. Sekalinya memberi nafkah
langsung diungkit-ungkit hingga satu dekade ke depan.
Atau
si suami sanggup dan rela beli rokok berbungkus-bungkus tiap hari tapi kalian
enggak diberi jatah beli lipstik. Atau si suami engga pernah berinisiatif
ngajak kalian liburan, atau menolak setiap proposal liburan yang kalian ajukan.
Atau si suami melarang kalian beli skincare atau beli buku yang kalian suka
atau selalu protes keberatan tiap kali kalian berbelanja dengan uang kalian
sendiri (si suami maunnya uang kalian itu untuk keluarga).
Suami
jenis ini jelas bukan orang yang tahu diri. Tipikal orang yang ngelunjak kalau
dibaikin. Berharap dia berubah? Sepertinya akan susah. Pikir lagi deh, yakin
kalian akan sanggup bertahan bangun tidur setiap pagi di sebelah manusia pelit
macam ini selama paling tidak lima puluh tahun ke depan? Firasat saya sih hidup
kalian akan lebih lega dan sejahtera tanpa mereka.
Tapi
bedakan dengan suami yang memang mampunya “segitu” ya. Kalian udah nonton drama
Go Back Couple? Di situ Ma Jin Joo sering banget bilang suaminya pelit. Padahal
ya memang si suami mampunya segitu. Nah, kalau suami kalian jenis yang
pas-pasan, ya tergantung kalian mau ikut berjuang atau mending kembali pada
keluarga kalian yang mapan.
Suami Genit
Enggak
perlu dijelaskan lah ya genit itu gimana. Mata jelalatan, penis diumbar, mulut
manis untuk perempuan lain tapi sepet untuk istri sendiri. Bukan seperti
pangeran Charles pada Camilla selama pernikahannya dengan Diana loh ya. Genit maksudnya
bukan sekedar selingkuh dengan perempuan lain atau punya love of his life yang bukan kalian.
Menjadi
istri dari suami genit, ruginya banyak. Satu, kehadiran kalian terabaikan. Dua,
waktu kalian tergadaikan. Tiga, kesehatan kalian terancam. Iyalah, kalau suami
kalian gemar bobo di luar, siapa yang bisa jamin kalau kalian bersih dari
penyakit menular seksual atau HIV? Serius, ceraiin aja suami model begini.
Suami Narsistik
Menurut
KBBI, narsistik artinya kepedulian yang berlebihan pada diri sendiri yang
ditandai dengan sikap arogan, percaya diri, dan egois. Saya ceritain dikit ya. Ini
bukan ghibah loh. Anggap aja fiksi, oke? Tbh,
saya pernah hidup bersama laki-laki narsis yang mengira dunia ini berputar
mengelilingi dia.
Apa-apa
harus selalu tentang dia. Ketika dia sakit, seisi rumah harus berempati,
melayani, dan menuruti apa maunya (padahal sakitnya hanya demam biasa, bukan
kena virus ebola atau ataksia). Ketika dia suntuk, semua orang di sekitarnya
akan terdampak. Entah kena omel atau kena ghibah atau kena lempar apa pun yang
bisa dilempar.
Ketika
ada rencana yang enggak berjalan sesuai kehendaknya, langsung merasa seisi
dunia sedang berkonspirasi melawan dia seorang. Berasa dia lead role di film-film mafia ya?
Kalau
saya bilang lagi enggak fit, dianya langsung ngeluh sakit ini lah itu lah. Pokoknya
enggak ada yang lebih sakit dari pada dia. Kalau saya bilang lagi sibuk atau
banyak kerjaan, dianya langsung akting jadi manusia yang sibuknya ngalahin
Jokowi. Sungguh bukan partner yang
membantu.
Oiya,
suami narsis biasanya enggak cuma bersikap narsistik di rumah, tapi di tengah masyarakat
juga. Misalnya di forum rapat RT, mereka akan menuntut opininya disetujui dan
komplainnya ditindaklanjuti. Namun terhadap opini atau komplain orang lain,
mereka akan memandang sebelah mata. Misalnya lagi saat acara keluarga, suami
narsistik akan menimpali hampir semua cerita kerabat dengan versi yang
mereka-sentris. Kalau kalian lihat ada anak kecil yang mau menang sendiri, ya
begitu. Ngeselin pokoknya.
Kalian
yakin akan sanggup menghadapi si suami narsistik ini sampai maut memisahkan?
Belum terlambat kok untuk minta cerai. Nanti di alasan bercerai tulis aja :
sudah tidak memiliki kecocokan.
Suami Yang Keluarganya Sangat
Patriarki
Ya
kalau kalian penganut paham patriarki ya udah. Tapi saya yakin pembaca Jurnal
Saya adalah perempuan-perempuan yang enggak mau pasrah begitu saja pada sistem
patriarki.
Gini
loh, menjadi menantu perempuan di keluarga yang sangat patriarki itu artinya
kalian harus siap menjadi manusia kelas dua. Mau setinggi apa pun jabatan
kalian di kantor, kalian tetaplah perempuan yang kodratnya adalah konco
wingking. Bahkan mungkin kalian enggak akan sempat meraih posisi gemilang di
bidang karier karena keburu dipaksa resign
demi menjadi istri yang baik dan benar.
Idealnya
sih kalian sudah tahu kalau keluarga suami itu patriarki banget atau enggak
sebelum menikah ya. Kan harusnya udah diomongin dari sebelum memutuskan
menikah. Tapi kali aja kalian kaya saya yang menikahnya enggak pakai pre-marriage talk terus jebule keluarga suami sangat patriarki.
Baca : Pre Marriage Talks
Lalu
kalian dituntut punya anak laki-laki, lebih bagus lagi kalau anak pertama
karena cucu laki-laki adalah harkat dan martabat keluarga. Lalu kalian akan
dicerca kalau ketahuan mertua enggak meladeni suami menurut SOP mereka. Dicerca
doang masih mending, nanti diomong-omongin sama keluarga besar dan handai
taulan juga.
Well,
menurut saya sih keluarga suami yang menganut paham patriarki itu menyimpan
masalah laten. Ya gimana ya, mertua penganut patriarki pasti menganggap anak
laki-laki mereka raja sedangkan mereka ibu suri yang berhak mengatur rumah
tangga anaknya. Gini deh, ada enggak yang suaminya berasal dari keluarga patriarki
banget tapi ibu mertua sangat toleran, cuek, dan enggak berat sebelah?
Suami Bossy
Laki-laki
bossy biasanya terbentuk dari
keluarga yang sangat patriarki dikombinasikan dengan pribadi yang narsistik. Perfect combo kan? Punya suami bossy
itu melelahkan. Kalian dianggap pembantu merangkap nanny merangkap koki merangkap pelacur. Udah gitu seringnya suami bossy juga semena-mena.
Lampu
merah banget sih kalau ini. Inget ya, kalian itu istri, bukan babu. Jangan mau
disuruh-suruh! Kalian dinikahi bukan untuk nyuciin baju, beresin rumah, apalagi
nyiapin makan suami. Suami kalian toh masih punya tangan dan kaki lengkap. Ajakin
bagi tugas, atau bayar mbak. Bilang sama suami : relasi suami-istri itu
partner, bukan majikan-budak. Kalau si suami bossy ngamuk dibilangin gitu, yuk ke PA aja.
Well,
beda cerita kalau kalian sendiri yang mau meladeni sementara suami enggak
nyuruh.
Suami Yang Enggak Bisa Move On
Baik
itu enggak bisa move on dari mantan
pacarnya di SMA atau move on dari
masa kejayaannya di usia muda. Apa bagusnya bertahan dengan manusia yang
terjebak di masa lalu ya kan?
Suami Yang Enggak Mau Foreplay
Sesekali
quickie seru sih, apalagi di lift
atau dapur sambil goreng telur (enggak usah dibayangin gimana caranya). Tapi kalau
tiap hari langsung intercourse tanpa foreplay kan enggak seru lagi. Ngebosenin,
sakit pula.
Jangan
anggap bahasan ini tabu, oke? Realistis aja. Sesi make love itu salah satu hal yang memberi andil dalam keharmonisan
rumah tangga kan? Di sesi make love
itu juga kalian bisa mengukur kadar sayangnya suami. Seberapa penting kebutuhan
kalian di mata mereka, seberapa banyak mereka memahami bahasa tubuh kalian,
seberapa egois mereka mengutamakan kepuasan diri sendiri.
Gini
deh. Buat laki-laki, intercourse itu
inti dari kegiatan seksual (boys,
kalau kalimat ini salah tolong dikoreksi ya). Sementara bagi perempuan, foreplay kadang lebih penting. Iya kan? Kalian
butuh suasana dan perasaan tertentu kan untuk bisa menikmati kegiatan seksual
bersama suami? Enggak bisa langsung penetrasi langsung klimaks kelar.
Nah,
bayangkan kalian bersama suami yang enggak pernah mau foreplay dulu. Tahan sampai kapan?
Anyway,
tipe suami yang menempatkan kepuasan sendiri di atas kebutuhan istrinya itu
salah satu tanda suami egois loh.
Suami Inferior
Terakhir
tapi annoying banget sehingga masuk
dalam kategori suami yang mending diceraiin aja adalah tipe suami inferior. Mereka-mereka
ini adalah para suami berhati kerdil yang minder pada achievement istri.
Sialnya,
sebagian laki-laki justru bersikap posesif untuk mengompensasi rasa rendah
dirinya. Udah minder, enggak punya prestasi membanggakan, posesif pula. Enggak ada
gunanya suami begini dipertahankan.
Baca : Jika Ia Abusif
Jadi
gimana? Ada tambahan kategori suami macam apa lagi yang mending dicerai aja?
Huwaow bahasan yang cukup mengerikan ��. Memang susah banget dapat suami yang ga kaya gini. Tapi memang ada benernya some poin untuk merubah laki itu sulit. Kadang kitanya juga harus punya strategi kaya CIA mo ngeruntuhin presiden sebuah negara. Haha lebay yak. Oya, 1 lagi, suami yg hobi kdrt juga ga boleh dipiara
ReplyDeletenote mba Vir.
ReplyDelete