Spoiler alert
: beberapa paragraf artikel ini mungkin akan berisi sinopsis atau penggalan
cerita The Architecture of Love , bagi yang belum membaca novel atau mengikuti
#TAOL #PollStory di twitter, disarankan membaca artikel ini lain waktu.
Saya
jatuh cinta pada gaya bertutur Ika Natassa sejak pertama kali membaca novelnya.
FYI, novel Ika Natassa yang pertama kali saya baca adalah Antologi Rasa. It was 2 years ago dan saya hanya
membaca novel itu tiga atau empat kali sebelum akhirnya Antologi Rasa saya
hilang karena tertinggal entah di mana.
Saya
suka bagaimana Ika menjadikan tiga tokoh utamanya sebagai sentral, bercerita
melalui sudut pandang orang pertama. Membaca Antologi Rasa membuat saya
memahami persepsi Keara, jalan pikiran Harris, serta perasaan tokoh pria satu
lagi yang saya lupa namanya. Satu adegan diceritakan dengan cara berbeda
melalui sudut pandang masing-masing tokoh. Misalnya ketika Harris muncul sambil
membawa Kaya Toast untuk Keara di pintu apartemen di Singapura, sambil
mengucapkan “Hai, Sayang...” . Dari sudut pandang Harris, yang dilakukannya benar-benar
tulus untuk perempuan yang disayanginya. Sementara menurut persepsi Keara, yang
dilakukan Harris itu tidak lebih dari rayuan seorang playboy kepada korbannya.
Masing-masing tokoh itu menjadi protagonis bersama-sama. Dan ketika saya
mengerti apa yang ada di otak ketiganya, bagaimana saya bisa menyalahkan salah
satunya jika terjadi perselisihan atau kesalahpahaman ?
Selain
itu, saya sangat menyukai plot maju mundur yang digunakan Ika Natassa. Cerita
dimulai dari keadaan si tokoh utama sekarang, lalu kenangan-kenangan
dimunculkan, lalu diceritakan lagi bagaimana situasi sekarang, kemudian kembali
lagi pada kenangan sampai diceritakan akar masalah yang menyebabkan keadaan si
tokoh utama merana, kemudian dilempar lagi ke masa sekarang sampai akhirnya novel
selesai. Itu yang membuat saya selalu penasaran tiap kali mulai membaca novel
Ika dan membuat saya enggan berhenti membaca hingga akhir buku.
Kemudian
ada satu hal lagi yang khas dari karya Ika Natassa, yaitu nasib karakternya
tidak berhenti sampai pada satu buku saja. Keara dan Harris yang pada akhir
Antologi Rasa mulai berteman lagi diketahui menjalin hubungan yang lebih serius
di Critical Eleven lalu menikah pada The Architecture of Love. Anya yang sedang
mengandung pada akhir Critical Eleven diceritakan sudah memiliki putri bernama
Ansel di The Architecture of Love. Raia dan River pada The Architecture of Love
mungkin menikah di novel Ika berikutnya. See
? Semua karakter rekaan Ika berada di lingkaran pertemanan yang sama.
Andrea
di A Very Yuppy Wedding, Alexandra di Divortiare, Keara di Antologi Rasa, Anya
di Critical Eleven, Raia di The Architecture of Love. Kalau dipikir-pikir semua
tokoh utama wanita di novel Ika Natassa memiliki segala yang diinginkan
kebanyakan perempuan ; orang tua kaya, pendidikan tinggi, karir bagus, wajah
cantik, serta seseorang yang mencintai tanpa syarat. Saya jadi penasaran
bagaimana kalau sekali-sekali Ika Natassa membuat cerita dengan karakter utama
perempuan miskin, tidak cantik, dan tidak punya seseorang yang mencintai tanpa
syarat. Namun bagaimanapun juga selalu ada yang membekas dalam benak saya
setiap kali membaca novel-novel Ika.
Jujur
aja, saya membeli The Architecture of Love bukan karena tertarik pada desain
sampulnya, atau judulnya, atau penasaran karena cuplikan di deskripsi buku.
Saya bahkan tidak mengikuti #PollStory di twitter. Alasan saya membelinya hanya
karena penulisnya Ika Natassa. Ekspektasi saya adalah novel ini pasti luar
biasa. Saya mengharapkan cerita yang mengaduk emosi seperti Antologi Rasa (sampai sekarang masih
menjadi favorit saya urutan pertama). Bukan berarti TAOL tidak bagus, ya. Novel
terbaru Ika ini bagus dan fresh,
menggunakan PoV orang ketiga dan orang pertama di beberapa bab. Ada satu
istilah yang saya dapat dari novel ini yang membekas di benak saya : “what-if scenarios”. Dan ada satu baris
kalimat yang sangat saya suka : every
person has at least one secret that will break your heart. Jangan tanya
kenapa saya suka, karena bukan itu topiknya.
Tidak
seperti Antologi Rasa yang ketika pertama kali membacanya langsung membuat saya
menyukai karakter Harris dan Keara, membaca TAoL tidak membuat saya serta merta
jatuh cinta pada karakter River atau Raia. River yang pendiam dan sok misterius
(dan perokok) rasanya agak kurang qualified sebagai tokoh utama. Saya baru
menyukai tokoh River saat adegan di mobil di Montauk, ketika Raia melepas seat belt kemudian River meneriakinya.
Di situ River terlihat seperti seorang laki-laki dewasa yang berusaha
melindungi perempuan yang dicintai.
Tidak
seperti Critical Eleven yang membuat saya penasaran apa yang terjadi pada Ale
dan Anya sejak bab pertama, saya cenderung tidak penasaran (dan tidak berusaha
menebak-nebak) apa yang terjadi pada masa lalu River atau Raia. Yang saya ingin
tahu malah isi buku yang berhasil ditulis Raia selama bersama River di New
York.
Well,
saya tetap menyukai The Architecture of Love.
Aku baru punya yang very yuppy wedding, bacanya baru setengah halaman hihi, baca ini jadi pengen namatin
ReplyDeleteayuukkk segera ditamatin trus lanjut novel berikutnya ^_^
Deletekalo kita udah membaca 1 novel karangan si A misalkan, dan terkesan di yg pertama, setelahnya pasti ga mikir ya utk beli judul lain, hanya krn pengarangnya sama. Aku jg begitu sama Dee, mb.. hehe, penasaran jadinya sama Ika Natassa nih..
ReplyDeleteiya mbak, bener banget. kalau novelnya Dee baru masuk wishlist saya ^_^
DeleteJadi penasaran sama novel2nya mbak, au blm pernah baca tp sering diceritain tmn kalau emang bagus.
ReplyDeleteTFS :)
keluargahamsa(dot)com
waahh dikomen blogger kece :)
Deleteemang bagus sih cara berceritanya
*cuus ke gramedia* cari novel iniiii.
ReplyDeleteDulu jaman jaman masih skripsian suka banget baca novel dibanding baca buku refrensi buat skripsi wkwkkw.
Walau belum baca satupun, tapi bukunya mba Ika menurut teman2 yg udah baca, memang bagus2 ya.
ReplyDeleteAku juga. Pertama kali jatuh cinta sama karya karyanya Ika Natassa sejak membaca Antologi Rasa. Aku gemas setengah mati pada tokoh Harris Risjad yang demi apapun sangat oh my Lord buatku. Menikmati karakter lelaki playboy yang ternyata menyimpan ketulusan untuk Keara di hatinya ini, membuat aku merasa ... Ika Natassa sangat keren membangun karakter seorang playboy.
ReplyDeleteUntuk buku The Architecture of Love, beruntungnya aku sudah punya dan siap kubaca. Aaahhh aku deg degan, ingin segera menikmati tulisan Ika Natassa lagi.
Hmmm.. belum pernah punya buku Ika Natassa, tapi sepertinya tertarik buat beli & baca setelah baca postingan ini :)
ReplyDeletenovel bersambung, enggak puas kalau cuma punya 1 novelnya sajahhh
ReplyDeleteAhay pencinta novel ada disini.. senang ya bisa menghayati dan mengambil hikmah dari sebuah novel
ReplyDeleteSuka ulasannya...
ReplyDeleteHmm ... saya pun sama, berburu buku buku karya Ika Natassa seusai membaca Antologi Rasa yang kala itu saya pinjam dari teman kosan saya. Saya pada akhirnya pun menyukai karya karyanya. Kebanyakan bukan karena judul maupun alur yang ditawarkan, tapi karena karya Ika Natassa. Saya suka gaya bahasanya, cara penyampaiannya, sungguh menggoda.
ReplyDeletebisa di bilang admin punya intuisi yang bagus dalam memilih buku novel^^ hehe
ReplyDeletesalam kenal http://www.reviewdansinopsis.com/