Ada yang berencana mau liburan di Semarang dan sekitarnya
dalam waktu dekat? Atau yang stay di sini, lagi nyari rekomendasi hotel di Semarang buat staycation? Berarti kalian sedang menemukan blog yang tepat. Hahaha. Baca sampai selesai karena saya mau nyeritain
pengalaman keliling hotel resort sambil belajar toleransi.
Baca: Pelajaran dari Perjalanan 2.264 KM
Joglo
Outside, Fusion Inside
Saya udah lama dengar soal hotel & resort ini, tapi
baru punya kesempatan berkunjung bulan Maret kemarin. Begitu belokin mobil, langsung
disambut lobi utama berbentuk pendopo joglo. Jawa banget. Tepat di depan pilar
pendopo, ada sepasang patung singa yang mirip dengan patung singa di Sam Poo
Kong (klenteng populer di Semarang). Chinese banget. Kemudian di sebelah patung
singa yang di timur, terdapat bus surat tua dari Belanda.
Masuk ke bangunan utama lobi, saya disambut oleh mbak
dan mas resepsionis yang ramah banget. Suasana lobinya seperti rumah nenek. Ada
bale-bale berukir, ada satu set kursi kayu bergaya vintage (nenek saya juga
punya kursi yang mirip banget), ada chandelier kuno, dilengkapi pula dengan
jendela-jendela kayu yang dibiarkan terbuka. Persis rumah-rumah joglo generasi veteran.
Dari lobi, terdapat 2 pintu penghubung di sayap timur
dan barat. Pintu di sayap timur mengarah ke restoran, sedangkan pintu di sayap
barat menuju joglo-joglo kamar inap.
Ngomong-ngomong, saya belum mention ya, nama resort
yang dari tadi saya ceritain? Namanya Melva Balemong, dulu terkenal dengan nama
Balemong Resort. Ya enggak dulu-dulu banget sih. Dibuka jadi public place baru
sebelas tahunan kok.
Melanjutkan berkeliling resort, alunan gamelan
langsung terdengar begitu saya masuk ke restonya. Serem? Enggak kok, lagunya
bukan Lingsir Wengi. Saya kasih tau rahasia deh, kalian bisa request playlist
kalau memang enggak nyaman dengerin gamelan saat makan.
Soal makanan, resto Kembul Bujana-nya Melva Balemong
punya menu fusion juga. Ada western food dan masakan lokal tradisional.
Rekomendasi saya? Cobain Steamboat dan Rawon Kendhilnya.
Baca: Makan dan Nongkrong di Verve Bistro
Pindah ke sayap barat, mari menjelajah joglo-joglo dan
menemukan hidden gems yang menyimpan cerita.
Tepat setelah pintu di sayap barat, saya lihat ada
sepeda tua berukuran raksasa. Sepeda tersebut konon berasal dari Belanda namun
belum nemu nasab pastinya. Dari situ, saya lihat joglo-joglo di kanan-kiri. Setiap
joglo itu kalau bukan meeting room, ya kamar inap.
Untuk kamar inapnya, sesuai standar hotel pada
umumnya. Tetap kelihatan clean dan modern meskipun bangunannya joglo. Ditambah jendela-jendela
yang diberi kaca patri ala Belanda. Dan kamar mandinya cakep banget, didominasi
bebatuan jadi serasa mandi di tengah alam.
Yang menarik, saya nemu tulisan-tulisan china yang
diukir di beberapa joglo. Saya yakin kalau mau menjelajah lebih dalam akan nemu
hal-hal yang lebih menarik lagi.
Selagi bermalam di Melva Balemong, sempatkan deh ikut
hotel tour. Bilang aja sama mbak-mbak resepsionis pengen keliling resor. Nanti
dengerin cerita perihal asal mula joglo yang usianya hampir seabad, perihal
lukisan wanita tionghoa berkebaya, perihal topeng dari Wonosobo, perihal rumah
lumbung, dan lain sebagainya.
Resort ini lokasinya sekitar 45 menit dari pusat kota
Semarang. Enggak jauh banget tapi justru strategis karena akses ke Magelang,
Solo, Jogja cukup dekat. Di tengah-tengah gitu lokasinya. Perfect buat sweet
escape biar enggak jenuh pada suasana kota. Sekalian nyicipin hidup ala bangsawan
jawa yang tinggal di joglo-joglo macam istana.
Oh, selama di Melva Balemong, kalian juga harus
keliling ke tempat wisata sekitarnya. Ada Candi Gedhong Songo, ada Vihara
Buddhagaya. Kalau mau ke downtown, mampir sekalian ke klenteng Sam Poo Kong dan
Masjid Agung Jawa Tengah. Kalau mau keliling, sekalian ke Lawang Sewu dan
Gereja Blenduk. Biar lengkap wisata budaya di Semarang.
Multikultur
= Toleransi
Sama seperti toko buku, resort Melva Balemong ini
merupakan bukti bahwa keberagaman dapat berdiri berdampingan. Budaya Jawa berupa joglo berpadu
dengan aksen-aksen Chinese dan Belanda yang bertaburan di sekelilingnya. Bisa saling
melengkapi loh.
Enggak perlu berlomba-lomba menonjolkan diri. Semua unsur
ada dengan masing-masing porsi.
Manusia kan harusnya gini ya. Hidup berdampingan aja
tanpa perlu menyudutkan kelompok lain yang berbeda. Toh perbedaan itu yang
bikin peradaban manusia makin kaya.
Worth
Every Penny
Melva Balemong ini bukan jenis hotel murah di Semarang. Harga per malamnya
mulai dari 800
ribuan, tapi bisa dapet 300 ribuan di pegipegi.com (lebih murah karena ada promo). Kalau mau booking
gampang. Kalian ketik aja “Balemong” di kolom search hotel, tentuin tanggal nginepnya, lalu klik “cari”. Pilih tipe
kamar yang kalian mau, lalu klik “pesan sekarang”. Ikuti petunjuknya, kemudian isi
form yang diminta.
Langkah selanjutnya ke pembayaran. Ini yang saya suka
di pegipegi.com, bayarnya bisa transfer, enggak harus pakai credit card. Saya pasti pilihnya yang Virtual Account BCA. Sebelum bayar,
lihat lagi detail pemesanannya.
Oh iya, ada satu hal yang menarik yang saya cuma nemu
di pegipegi.com. Di situ ada yang namanya “Best Price Guarantee”. Kalau ada
tanda ini, dan kalian nemu harga hotel lebih rendah di web lain, nanti kalian
dapet voucher. Tentu ada T&C-nya.
Tapi emang saya sering banget kok nemuin harga hotel di Pegipegi lebih murah
dari tempat lain.
Ada yang pernah pesen hotel via Pegipegi di Semarang? Share dong cerita kamu!
(ADV)
Wahh baguss banget kk ih rumah inep nya clasik2 gtuh tuh.. mantappp
ReplyDeleteEnak banget yah adem lihatnya juga rumah klasik gitu
ReplyDeletePengen coba nginap di sana deh nanti cari diskonan dulu hehe
ReplyDelete