Mulai
menjadi aliran mainstream, minimalist beauty semakin
populer belakangan. Makin banyak pengikutnya. Termasuk saya. Dari yang tadinya
menyukai layering skincare, hingga sekarang stick to
basic. Dari yang tadinya senang punya banyak banget varian makeup,
hingga sekarang hanya membeli dan menyimpan yang dibutuhkan.
Gaya
hidup minimalist beauty banyak versi definisinya. Ada yang
mengartikan quality over quantity. Means
menggunakan lebih sedikit produk tapi dengan kualitas yang lebih baik. Ada yang
mengartikan menganut minimalist beauty sama dengan berhemat. Ada pula
yang memilih minimalist beauty secara visual, a.k.a menyimpan
produk-produk kecantikan dengan packaging minimalis. Ya terserah aja
sih. Mana aja boleh.
Saya
sendiri mendefiniaikan minimalist beauty sebagai: hanya memakai produk
yang dibutuhkan kulit. Well, ini saya ngomongin minimalist beauty in
term of produk perawatan kulit ya.
Baca: Basic Skincare Guide Menuju Minimalist Beauty
Awal
tertarik pada minimalist beauty sejak beberapa tahun lalu, tapi baru
benar-benar mengamalkannya setahun silam. Titik baliknya karena saya mendalami
marketing sebagai bagian dari pekerjaan. Dari situ saya kerap menyusun konsep
untuk digital campaign dalam rangka mempromosikan produk maupun
jasa. Skeptis lah kemudian, brand-brand beauty ini kan pasti
marketingnya canggih. Setiap produk dipromosikan seakan kita butuh semuanya.
Produk-produk didiversifikasikan sedemikian rupa sehingga nampak berbeda satu
sama lain meskipun isinya serupa. Brand-brand berlomba memberi added value
supaya produknya pantas dihargai mahal. Dan seterusnya.
Saya
nggak ingin jadi salah satu konsumen yang menelan iklan mentah-mentah. Jadilah
saya dengan minimalist beauty yang kini menjadi komoditi.
Perlukah
saya bahas soal kalimat terakhir barusan? Lain kali saja lah ya.
Kalau
kamu ingin mengubah haluan ke madzhab minimalist beauty, atau simply
jenuh dengan skincare routine yang panjangnya melebihi kenangan masa
lalu, ini tips dari saya:
- 1.
Pakai produk
berdasarkan fungsi dan ingredients, bukan nama.
Sekarang kan banyak banget tuh, brand ngasih nama
macem-macem untuk produknya. Yang cair-cair dinamain toner, first essence,
booster, lotion, mist. Coba cek lagi, dalamnya apa. Apakah
cukup actives untuk disebut essence? Belum lagi kerancuan istilah
essence, serum, oil serum, pressed serum, liquid moisturizer, dan
lain-lainnya. Sleeping mask atau night cream? Eye
cream atau eye serum?
Bikin bingung kan? Udah lah, stick to basic aja.
Toh kamu cuma butuh hydrator dan moisturizer yang berisi humektan
dan emollient. Bentuk dan namanya boleh apa saja.
- 2.
Terapkan basic
skincare routine.
Inti dari seluruh rangkaian panjang skincare routine
adalah cleansing-toning-treatment-moisturizing-protecting. Jadi produk
yang kamu butuhkan sebetulnya hanya makeup remover, face wash,
hydrating toner, moisturizer, sunscreen, dan produk treatment khusus
(serum, obat jerawat, acid) bila perlu. Tinggal di-break down
mana yang kamu perlu. Yang nggak perlu, skip aja. Selain menghemat
waktu, menghemat uang juga. Kecuali kamu memang se-passionate itu pada
proses skincare routine.
- 3.
Alih fungsikan produk
yang nggak cocok.
“Aku cocok-cocok aja pakai produk apapun” adalah second
biggest lie di dunia skincare. Nomor satunya: istilah skincare
natural. Tapi saya nggak akan ngobrolin itu sekarang.
Gini, kalau ada yang bilang cocok pada semua produk skincare,
kemungkinannya ada 2: petualangan skincare-nya belum banyak atau dianya
nggak ngerti kalau nggak cocok. Wqwq gitu deh. Intinya, selalu ada probabilitas
produk nggak cocok.
Mengatasi masalah ini, kamu bisa preloved
produkmu. Kalau susah nemu pembeli dan nggak suka jualan, alih fungsikan saja.
Misalnya face wash yang terlalu drying jadi sabun mandi, moisturizer
buat muka breakout jadi buat badan, lip scrub yang terlalu kasar buat scrubbing
siku.
- 4.
Buka 1 maskara tiap periode.
Udah paham kan, PAO maskara itu 3-6 bulan saja?
Percayalah, maskaramu nggak akan habis dalam satu bulan. Jadi daripada mubadzir
buang-buang maskara dengan pakai beberapa maskara dalam satu waktu, bukankah
lebih bijak kalau membuka 1 maskara saja dan memakainya sampai PAO habis?
- 5.
Hindari nyetok produk
hanya karena sale.
Kecuali sale-nya worth it dan produknya jenis yang
sudah pasti kamu repurchase. Misalnya item holy grail atau
produk yang cepat habis. Saya kok berasumsi sekarang ini lebih banyak orang
yang suka nyoba-nyoba produk dibanding yang setia pada satu jenis produk hingga
selamanya.
- 6.
Sering-sering decluttering.
Either
dijual as preloved atau dihibahin ke kerabat dekat dan nggak dekat-dekat
amat. Saya tahu semua orang berbeda, tapi bagi saya, meringkas barang kepunyaan
itu sama melegakannya seperti mengosongkan ruang di otak.
Ada
yang mau nambahin? Komentar tentang minimalist beauty menurut
pendapatmu? Silakan loh.
hai, ini pertama kali aku mampir di blog kamu.
ReplyDeleteaku baca tulisan kamu ini karena emang lagi mau nerapin skincare minimal (bener-bener yang dibutuhin dengan claim yang sesuai dengan skin goals aku).
i learn a lot dari tulisan kamu ini, and i love gimana cara kamu menuliskannya.
very interesting untuk dibaca menurutku. keep going ya! aku jadi tertarik nih buat baca tulisan-tulisan kamu yang lain.
Tuhan memberkati.
Halo, Fransiska. Salam kenal. Thank you sudah mampir dan baca. Looking forward untuk dengar cerita skincare journey kamu juga.
Delete