Kalau sekarang dicurhati seseorang tentang masalah rumah tangga, tanpa mikir dua kali langsung saya saranin cerai aja. Begitu pun pas dengar cerita seseorang yang pacarnya posesif. Langsung pengen nyuruh putus. Sayang ceritanya bukan sama saya wqwq.
Padahal
kan setiap orang pasti punya kondisi berbeda sehingga pertimbangan dalam
membuat keputusan pun pasti berbeda. Nggak semua orang semudah itu bercerai.
Bahkan ngga semua orang semudah itu mutusin pacar.
Well,
saya nggak mau nulis banyak intro di sini. Saya hanya akan share hal-hal apa
yang mestinya kamu lakukan jika kamu mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Saya tulis berdasarkan pengalaman sebagai KDRT survivor.
Oh,
tentu saja saya berharap kamu nggak betulan butuh informasi yang ada di sini.
Indikasi
KDRT
KDRT
(Kekerasan dalam Rumah Tangga) ini banyak sekali bentuknya. Ada kekerasan
fisik, kekerasan psikis, seksual, dan finansial. Masing-masing sama buruknya
dan sama-sama meninggalkan bekas luka.
Baca: Tanda Dia Abusif
Berikut
beberapa contoh pasanganmu melakukan kekerasan fisik:
1.
Dia memukulmu dengan
tangan atau benda tumpul (bukan dalam skenario role play).
2.
Dia melemparimu dengan
sesuatu (korek api, mouse, ponsel, sapu, tempat sampah, kaleng minuman, sendok,
pisau, kemasan hand sanitizer, charger laptop, cermin, lipstik, wajan, anything).
3.
Dia melakukan segala
bentuk kekerasan fisik lain (mencekik, menampar, menyulut rokok ke kulit atau
bajumu, menjambak, menggunting rambutmu tanpa izin, memotong kukumu dengan
paksa, menyuruhmu melakukan segala pekerjaan domestik, melarangmu makan,
memaksamu makan, well, banyak).
Indikasi
pasanganmu melakukan kekerasan psikis:
1. Dia membentakmu (baik di depan umum maupun di dalam rumah).
2.
Menghina fisik.
3.
Menghina keluarga dan
teman-temanmu.
4.
Melarangmu/mencari-cari
alasan untuk melarangmu menemui/berhubungan dengan mereka.
5.
Merendahkan kegemaran
dan cita-citamu.
6.
Meremehkan pekerjaan
dan keterampilanmu.
7.
Membuat keputusan
rumah tangga tanpa melibatkanmu.
8.
Mengancam akan bunuh
diri.
9.
Mengancam akan
meninggalkanmu.
10. Mengancam akan melukaimu atau orang-orang yang penting
bagimu.
11. Menyalahkanmu jika ada sesuatu yang salah.
12. Melakukan silent treatment.
13. Melakukan poligami.
14. Melakukan perselingkuhan.
15. Melarangmu keluar rumah.
16. Meminta password ponsel/email/media sosialmu.
17. Mengunggah sesuatu di media sosialmu tanpa izin.
18. Memaksamu mengunggah sesuatu di media digital.
19. Membatasi aktivitasmu di dunia digital maupun IRL.
20. Melarangmu mengembangkan diri.
21. Mendikte penampilanmu.
22. Membuntuti/menyuruh orang membuntutimu.
23. Dan masih panjang sekali daftarnya.
Kekerasan
seksual bentuknya bisa begini:
1.
Memaksamu melayani
kapanpun dia horny.
2.
Menolak bekerja sama
saat kamu horny tanpa alasan masuk akal.
3.
Melakukan hubungan
seksual sesuai kemauannya saja.
4.
Memaksamu threesome,
anal, oral, anything, tanpa consent.
5.
Never gives you even
a single orgasm.
Kalau
perilaku semacam ini bisa dikategorikan kekerasan finansial:
1.
Melarangmu bekerja tanpa
mencukupi kebutuhanmu.
2.
Memaksamu melakukan semua
pekerjaan dengan dalih ibadah.
3.
Meminta uangmu dengan
paksa.
4.
Memberimu sedikit
uang yang tentu saja nggak cukup untuk kebutuhan sehari-hari tapi
mengungkit-ungkitnya setiap hari.
5.
Menyuruhmu mencari
uang tanpa consent,
Percayai
Logika dan Instingmu
Percayalah,
otak kita cukup pintar untuk membaca tanda di sekeliling. Otak pun berusaha
memberitahu kita melalui insting atau firasat (saya bahkan sudah menduga akan
bercerai sejak hari pertama menikah). Kita aja yang kadang nggak peka atau
seringnya malah mengabaikan. Bisa karena bucin atau rasa kasihan atau perasaan
bertanggung jawab atau kita merasa diri superwoman sehingga bisa mengubah
pasangan menjadi orang baik.
No,
dear. Kamu bukan superwoman. Kamu nggak bisa mengubahnya jadi orang baik. Kamu nggak
sepenting itu buat pasanganmu sehingga dia bersedia berubah demi kamu.
Plis,
sayangi dirimu sendiri. Kamu nggak butuh pasangan macam itu untuk hidup
bahagia.
Kirim
Isyarat Minta Tolong
Saat
menyadari kamu nggak tahu cara menyelamatkan diri sendiri, minta tolonglah.
Pada teman atau kerabat yang kamu percaya, pada LSM, pada polisi, pada Komnas
Perempuan, pada siapapun yang bisa kamu mintai tolong.
Gunakan
isyarat tangan untuk memberitahu orang lain (melalui media video) bahwa kamu
sedang berada mengalami KDRT: Tunjukkan telapak tangan ke arah kamera, lipat
ibu jari, tutup ibu jari dengan 4 jari lainnya dalam posisi seperti
menggenggam.
Seperti
pada gambar ini:
Jika
kamu merupakan pihak yang mendapat isyarat tersebut, segera selamatkan korban. Hubungi
polisi atau lembaga perlindungan perempuan. Atau datang saja ke lokasinya dan
langsung bawa pergi.
!!!Nomor-Nomor
Wajib Disimpan!!!
Komnas
Perempuan: 021 3903963
Layanan
Psikologi Sejiwa: 119 ext 8
Yayasan
Pulih: 021 78842580
LBH
Apik Jakarta: 0812 8555 2430/021 87797289
LBH
Apik Semarang: 024 3510499/089 668 505 990
YLBH
Putih: 081 310 391 644/081 295 391 875/081 904 266 801
DPPPA
Kota Semarang: 024 70325200/081 511 652 358
Rifka
Annisa Yk 0823 0673 8686
Samsara:
085 6123 4530/082 123 458 500/082 123 458 600/082 123 458 700
Bantu
save, bookmark, atau share ya! Siapa tahu ada yang sedang butuh bantuan.
kok ngeri bacanya ya mba Vir, masak menggunting rambut paksa, menggunting kuku juga, melempar wajan?? oh my
ReplyDeleteposesif juga indikasi KDRT ya?
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete