LIFE AS DIVORCEE #10: LAKUKAN INI SAAT KAMU MENGALAMI KDRT

2 comments


Kalau sekarang dicurhati seseorang tentang masalah rumah tangga, tanpa mikir dua kali langsung saya saranin cerai aja. Begitu pun pas dengar cerita seseorang yang pacarnya posesif. Langsung pengen nyuruh putus. Sayang ceritanya bukan sama saya wqwq.

Padahal kan setiap orang pasti punya kondisi berbeda sehingga pertimbangan dalam membuat keputusan pun pasti berbeda. Nggak semua orang semudah itu bercerai. Bahkan ngga semua orang semudah itu mutusin pacar.

Baca: Life As Divorcee #2 Decision, Decision

Well, saya nggak mau nulis banyak intro di sini. Saya hanya akan share hal-hal apa yang mestinya kamu lakukan jika kamu mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Saya tulis berdasarkan pengalaman sebagai KDRT survivor.

Oh, tentu saja saya berharap kamu nggak betulan butuh informasi yang ada di sini.


Indikasi KDRT

KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) ini banyak sekali bentuknya. Ada kekerasan fisik, kekerasan psikis, seksual, dan finansial. Masing-masing sama buruknya dan sama-sama meninggalkan bekas luka.

Baca: Tanda Dia Abusif

Berikut beberapa contoh pasanganmu melakukan kekerasan fisik:

1.      Dia memukulmu dengan tangan atau benda tumpul (bukan dalam skenario role play).

2.      Dia melemparimu dengan sesuatu (korek api, mouse, ponsel, sapu, tempat sampah, kaleng minuman, sendok, pisau, kemasan hand sanitizer, charger laptop, cermin, lipstik, wajan, anything).

3.      Dia melakukan segala bentuk kekerasan fisik lain (mencekik, menampar, menyulut rokok ke kulit atau bajumu, menjambak, menggunting rambutmu tanpa izin, memotong kukumu dengan paksa, menyuruhmu melakukan segala pekerjaan domestik, melarangmu makan, memaksamu makan, well, banyak).


Indikasi pasanganmu melakukan kekerasan psikis:

1.      Dia membentakmu (baik di depan umum maupun di dalam rumah).

2.      Menghina fisik.

3.      Menghina keluarga dan teman-temanmu.

4.      Melarangmu/mencari-cari alasan untuk melarangmu menemui/berhubungan dengan mereka.

5.      Merendahkan kegemaran dan cita-citamu.

6.      Meremehkan pekerjaan dan keterampilanmu.

7.      Membuat keputusan rumah tangga tanpa melibatkanmu.

8.      Mengancam akan bunuh diri.

9.      Mengancam akan meninggalkanmu.

10.  Mengancam akan melukaimu atau orang-orang yang penting bagimu.

11.  Menyalahkanmu jika ada sesuatu yang salah.

12.  Melakukan silent treatment.

13.  Melakukan poligami.

14.  Melakukan perselingkuhan.

15.  Melarangmu keluar rumah.

16.  Meminta password ponsel/email/media sosialmu.

17.  Mengunggah sesuatu di media sosialmu tanpa izin.

18.  Memaksamu mengunggah sesuatu di media digital.

19.  Membatasi aktivitasmu di dunia digital maupun IRL.

20.  Melarangmu mengembangkan diri.

21.  Mendikte penampilanmu.

22.  Membuntuti/menyuruh orang membuntutimu.

23.  Dan masih panjang sekali daftarnya.


Kekerasan seksual bentuknya bisa begini:

1.      Memaksamu melayani kapanpun dia horny.

2.      Menolak bekerja sama saat kamu horny tanpa alasan masuk akal.

3.      Melakukan hubungan seksual sesuai kemauannya saja.

4.      Memaksamu threesome, anal, oral, anything, tanpa consent.

5.      Never gives you even a single orgasm.


Kalau perilaku semacam ini bisa dikategorikan kekerasan finansial:

1.      Melarangmu bekerja tanpa mencukupi kebutuhanmu.

2.      Memaksamu melakukan semua pekerjaan dengan dalih ibadah.

3.      Meminta uangmu dengan paksa.

4.      Memberimu sedikit uang yang tentu saja nggak cukup untuk kebutuhan sehari-hari tapi mengungkit-ungkitnya setiap hari.

5.      Menyuruhmu mencari uang tanpa consent,


Percayai Logika dan Instingmu

Percayalah, otak kita cukup pintar untuk membaca tanda di sekeliling. Otak pun berusaha memberitahu kita melalui insting atau firasat (saya bahkan sudah menduga akan bercerai sejak hari pertama menikah). Kita aja yang kadang nggak peka atau seringnya malah mengabaikan. Bisa karena bucin atau rasa kasihan atau perasaan bertanggung jawab atau kita merasa diri superwoman sehingga bisa mengubah pasangan menjadi orang baik.

No, dear. Kamu bukan superwoman. Kamu nggak bisa mengubahnya jadi orang baik. Kamu nggak sepenting itu buat pasanganmu sehingga dia bersedia berubah demi kamu.

Plis, sayangi dirimu sendiri. Kamu nggak butuh pasangan macam itu untuk hidup bahagia.

Baca: Jenis Laki-laki yang Jangan Dinikahi


Kirim Isyarat Minta Tolong

Saat menyadari kamu nggak tahu cara menyelamatkan diri sendiri, minta tolonglah. Pada teman atau kerabat yang kamu percaya, pada LSM, pada polisi, pada Komnas Perempuan, pada siapapun yang bisa kamu mintai tolong.

Gunakan isyarat tangan untuk memberitahu orang lain (melalui media video) bahwa kamu sedang berada mengalami KDRT: Tunjukkan telapak tangan ke arah kamera, lipat ibu jari, tutup ibu jari dengan 4 jari lainnya dalam posisi seperti menggenggam.

Seperti pada gambar ini:

Jika kamu merupakan pihak yang mendapat isyarat tersebut, segera selamatkan korban. Hubungi polisi atau lembaga perlindungan perempuan. Atau datang saja ke lokasinya dan langsung bawa pergi.


!!!Nomor-Nomor Wajib Disimpan!!!

Komnas Perempuan: 021 3903963

Layanan Psikologi Sejiwa: 119 ext 8

Yayasan Pulih: 021 78842580

LBH Apik Jakarta: 0812 8555 2430/021 87797289

LBH Apik Semarang: 024 3510499/089 668 505 990

YLBH Putih: 081 310 391 644/081 295 391 875/081 904 266 801

DPPPA Kota Semarang: 024 70325200/081 511 652 358

Rifka Annisa Yk 0823 0673 8686

Samsara: 085 6123 4530/082 123 458 500/082 123 458 600/082 123 458 700





Bantu save, bookmark, atau share ya! Siapa tahu ada yang sedang butuh bantuan.


2 comments

  1. kok ngeri bacanya ya mba Vir, masak menggunting rambut paksa, menggunting kuku juga, melempar wajan?? oh my

    posesif juga indikasi KDRT ya?

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Halo, terimakasih sudah mampir di JurnalSaya. Satu komentar Anda sangat berarti bagi saya.
Semua komentar dimoderasi ya. Komentar yang berisi pesan pribadi akan saya anggap spam.
Oiya, tolong jangan tinggalkan link hidup di badan komentar. Kisskiss