Yes, tulisan ini
idenya berangkat dari berita anak ustadz yang menikah di usia 17. Netizen heboh
membicarakan berita itu dan banyak blogger mengulasnya dari berbagai
perspektif. Sebelumnya, mari kita seragamkan definisi nikah muda. Di artikel
ini, nikah muda adalah pernikahan yang dilangsungkan oleh laki-laki dan
perempuan di bawah usia 22 tahun. FYI, di lingkungan saya menikah muda itu
biasa.
Di almamater saya dulu, banyak mahasiswa menikah sebelum lulus kuliah. Seorang teman sekelas saya waktu SD sudah menikah enam atau tujuh tahun yang lalu. Adik kelas saya waktu SMP sekarang anak sulungnya sudah TK 0 Besar. Kerabat dekat saya baru berusia 19 tahun sekarang, sudah menikah dua tahun yang lalu, suaminya juga seumuran. Saya sendiri menikah di usia 21. See ? Pernikahan di usia belia bukan hal yang baru bagi saya. Hal itu terjadi setiap saat, sangat jamak. Tapi tidak jadi berita karena tidak melibatkan tokoh terkenal.
Di almamater saya dulu, banyak mahasiswa menikah sebelum lulus kuliah. Seorang teman sekelas saya waktu SD sudah menikah enam atau tujuh tahun yang lalu. Adik kelas saya waktu SMP sekarang anak sulungnya sudah TK 0 Besar. Kerabat dekat saya baru berusia 19 tahun sekarang, sudah menikah dua tahun yang lalu, suaminya juga seumuran. Saya sendiri menikah di usia 21. See ? Pernikahan di usia belia bukan hal yang baru bagi saya. Hal itu terjadi setiap saat, sangat jamak. Tapi tidak jadi berita karena tidak melibatkan tokoh terkenal.
Sebenarnya
tidak ada yang salah dengan menikah muda. Teman kuliah saya, teman SD saya,
adik kelas saya, kerabat dekat saya, and
even Irwansyah-Zaskia Sunkar toh kelihatan baik-baik saja. Tapi saya tidak
menganjurkan hal itu. Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua orang,
melainkan dua keluarga besar, dua latar belakang, dua prinsip, dua visi, dua
impian, dua ego, dua gaya hidup, dua kepribadian, dua kebiasaan, dua budaya,
dua adat istiadat, dua suku bangsa, dua bahasa, you name it ! Pernikahan itu the
most complicated thing in the world. Mulai dari resepsinya, si laki-laki
ingin resepsi sederhana, si perempuan ingin yang luar biasa meriah. Lalu tempat
tinggal setelah menikah, si laki-laki ingin tinggal bersama orangtua di rumah
yang besar, si perempuan ingin tinggal sendiri walaupun ngontrak. Kemudian
setelah serumah, si suami suka tidur dengan lampu mati, si istri tidak bisa
tidur dalam gelap. Belum lagi soal lain-lain. Pernikahan itu rawan konflik dan
perselisihan. Diperlukan perjuangan, pengorbanan, dan keikhlasan tanpa batas
untuk melewatinya. Orang-orang berusia matang pun sulit melakukannya, apalagi
anak-anak belia.
Begini
ya, menikah itu bukan happy ending,
justru baru prolog. Kalau di cerita dongeng, setelah menikah they live happily ever after lalu the end. Di kehidupan nyata, setelah
upacara pernikahan ada milyaran adegan lagi. Membersihkan sisa acara, membayar
W.O., mengangkat lemari, mencuci piring, mengepel lantai, menjenguk tetangga,
berdebat sama mertua, morning sickness,
melahirkan anak, mengganti ban bocor di pinggir jalan, anak nangis gara-gara
ditinggal main pokemon, dicopet, menyeboki anak yang habis pup padahal sarapan
belum selesai, membayar cicilan rumah, bla bla bla. Sama sekali bukan happy ending, kan? Itu baru adegan
sehari-hari. Selain itu, pernikahan mengubah hidup perempuan menjadi serba
terbatas, menjadi terpaksa dewasa, menjadi harus sering mengalah, dan masih
banyak lagi. Kelihatannya tidak ada bagus-bagusnya, ya ? Memang. Nikah muda itu
cuma bagus di foto.
Uhm,
well, akan salah kalau saya
mengeneralisir semua pernikahan di usia muda tidak bagus. Nyatanya, banyak
sekali yang nikah muda dan kelihatan bahagia. seperti orang-orang yang saya
sebutkan di atas tadi. Ada satu ungkapan yang saya dapat dari Critical Eleven
nya Ika Natassa ; in marriage when we
win, we win big. But when we lost, we lost more than everything. Menikah
ibaratnya main judi, kalau menang dapat untung berlipat ganda, kalau sedang
apes bisa bangkrut. Untuk bisa menang main judi, perlu pengalaman, strategi,
dan keberuntungan. Sudah punya sejuta pengalaman pun jika keberuntungan tidak
menyertai, akhirnya kalah juga. Begitupun menikah, perlu persiapan fisik,
logistik, dan psikis. Namun meskipun sudah siap segala macam, jika belum
beruntung ya...coba lagi (uppss...).
Quote ini ada di instagram saya @phirlyv, follow ya! |
Salah satu pasangan nikah muda yang berakhir bahagia adalah Bella Swan dan Edward Cullen (iya, pasangan fiksi dari seri Twilight-nya Stephenie Meyer). They won very big, anyway. Punya anak yang istimewa luar biasa yang bahkan tidak perlu diasuh dengan berbagai ilmu parenting, keluarga yang luar biasa pengertian (dan kaya raya), kehidupan abadi, serta pasangan yang mencintai tanpa syarat (plus tidak akan menjadi tua). Si Bella berusia 18 tahun saat menikah, masih sangat remaja. Sedangkan si Edward secara fisik berusia 17 tahun tapi jiwanya 108 tahun, termasuk kategori remaja juga kan ya ? Dilihat dari segi manapun, si Edward ini memang tipikal pasangan ideal. Ganteng, kaya, baik hati, rela berkorban, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan (eh!). Intinya si Edward Cullen ini mau memberikan apapun, mau melakukan apapun demi kebaikan dan kebahagiaan si Bella Swan, tanpa pamrih, tanpa mengharap balas jasa. Dan si Bella Swan juga bersedia melakukan apa saja untuk membuat si Edward bahagia. Pada akhirnya mereka hidup bahagia selamanya, karena masing-masing mencintai pasangannya tanpa syarat.
Jadi,
kunci untuk bahagia selamanya adalah cinta tanpa syarat itu tadi. Tapi
sayangnya, hal semacam itu cuma ada di cerita fiksi. The truth is, di dunia nyata love
is a very very very huge bullshit. Sadis, ya ? Kenyataan memang sadis. Coba
saya tanya, jawab jujur ya ! Pacar atau suami kamu bersedia menghadang truk di
depan kamu ? Dia mengikuti kamu diam-diam kemanapun kamu pergi demi memastikan
kamu baik-baik saja ? Dia berencana ikut mati ketika kamu mati ? Dia tidak
marah kalau tahu kamu menyukai orang lain ? Dia tidak beranjak dari sisimu satu
sentipun selama tiga hari tiga malam karena menunggui kamu yang sedang sakit
? Dia tidak menyerah berusaha
membangunkamu ketika kamu sekarat ? Dia berkomitmen akan membuatmu bahagia
selamanya dan kamu yakin pada komitmennya ? Bagaimana jawabannya ? Lebih banyak
iya atau tidak ? Edward Cullen did them
all, lho.
Let me tell you this
ya, di dunia nyata ada kok cinta tanpa syarat. Ada orang yang dengan sukarela
melakukan semua di atas itu. Bukan suami atau pacar, tapi ibu. Cinta seorang ibu
pada anaknya itulah satu-satunya cinta tanpa syarat yang ada di dunia ini.
Jadi,
to all girls around the world, saran
saya adalah : kalau pasangan kamu tidak seperti Edward Cullen yang mencintaimu
tanpa syarat, dengan komitmen yang mutlak, pikirkan kembali tujuh kali sebelum
memutuskan menikah !
Hehehehe... Setiap orang punya cara unik utk mengungkapkan rasa cinta mereka. Btw.. Kok aku ampe sekarang gak tertarik nonton film edward cullen itu ya. Bagus ya?
ReplyDeletebagus kok, sy suka banget nonton filmnya waktu masih muda, sampe sekarang masih suka baca novelnya juga
DeleteSadis. Keren tulisannya. Hihi ini baru tegas. Setuju, cinta tanpa syarat itu hanya ada pada seorang ibu. Yg lain, butuh belajar banyak untuk cinta seperti ini.
ReplyDeleteaww,, makasih. masih kerenan tulisannya mbak ade,,
DeleteHuahahahah bener juga ya edward cullen dan bella itu ideal banget.
ReplyDeleteAnaknya ga perlu diasuh dgn ilmu parenting apa2, udah bisa tumbuh dengan baik dan cantikk dan aman karena ada penjaganya.
Nice post mbak.
ideal banget emang, yg di cerita2 pasti ideal...
Deletemakasih ya udah mampir
ibuku kayaknya dulu menikah pas usia 17 tahunan >,<
ReplyDeletekebanyakan orang jaman dulu memang nikah usia belasan ya ?
DeleteCritical Eleven! *salah fokus*
ReplyDeleteAnyway, virly, aku suka deh post kamu! Skrg aku 22 dan aku belum nikah dan bahkan gapunya pacar (kalah telak nih sama virly haha) dan aku suka ngiri berat sama orang2 yang berani buat nikah muda dan pernikahannya berjalan dengan lancar, sementara aku masih gini-gini aja.
Nice post, post dari sisi kayak gini niih yang ngebuka pikiran :D
XOXO, Cilla
http://mkartikandini.blogspot.co.id/
bisa aja, hahaha..
Deletemending dipuas2in dulu aja single-nya. after marriage everything will change loh..
anyway, makasih udah mampir
Setuju.... Banget. Dunia itu gk ad yg namanya happy ending. Gk ad yg sempurna. Makanya aku suka baca model, mencari happy ending karena aku tau di dunia nyata aku tak akan menemukan happy ending.
ReplyDeleteMama papa ku juga nikah muda btw Umur 18 tahun dan gimana hasilnya?
Ya sampe skrg sih masih langgeng. Punya 4 anak dan masih belom 'bosen'. Sepintas sih emang gk ad yg aneh. Tp aku pribadi merasa, mama padaku itu sebaiknya gk usah menikah.
Serius deh. Papaku orangnya suka bercanda dan emosian. Sementara mamaku serius dan sensitif. Pas aku kecil mrk suka berantem besar. Sampe hampir cerai pas aku kelas 2. Skrg sih ud jarang berantem (plg hanya hal sepele). Tp itu cukup bikin aku trauma soal menikah.
Dan sampai titik ini, aku gk berniat buat nikah. Kayaknya aku gk bakal bisa nemuin cowo yg sepikiran dan sejalan denganku karena cara pikirku yg tergolong 'aneh'. Kadang aku bingung kenapa bisa 2 orang menikah. Bagaimana bisa mrk saling mencintai. Bagiku itu adalah sebuah keajaiban #halahlebaybangrtaku.
Ya intinya sih aku mau sharing aja ya sebagai anak dari pasangan nikah muda. Kalo misalnya belum siap dan masih labil, mending jgn nikah. Kalo nikah karena cinta doang itu gk cukup. Kasian anak kalian nanti. Maaf aku curcol nya byk bet :(
www.maryangline.com