RELATIONSHIT #2: IT’S SO WEIRD I CAN’T BELIEVE I WRITE IT

No comments

 


Dua tahun berselang dan kamu masih dianggap sama olehnya. Entah dianggap apa.

Kamu tidak melihat jam tangan sekalipun sudah dua puluh menit menunggunya di bwah gerimis petang hari. Menunggunya seharian -ehm, kamu menunggunya dua tahun-pun tidak mengapa.

Lalu mobil yang ditumpanginya datang. Tidak sendirian, dia bersama dua temannya yang lain. Pantas saja dia tidak mengangkat telponmu, kamu maklum. Berpura-pura tidak melihatmu, dia berjalan terburu-buru ke tempat parkir. Kamu membuntut beberapa meter di belakangnya. Jelas sekali dia tidak ingin teman-temannya tahu kamu ada. Kamu tahu adegan ini. Jika ini film, rautmu yang berpindah cepat dari senang saat melihatnya turun dari mobil menjadi masam ketika dia membuang muka akan ditampilkan close up memenuhi layer.

Namun ini bukan film. Yang bisa kamu lakukan hanya diam saja diperlakukan tidak ada. Anehnya, kamu mau-mau saja.

Baca juga: Relationshit #1 Being The Other Woman

Dua tahun berselang dan kamu masih bersamanya meskipun tahu kamu bukan satu-satunya. Entah mengapa.

Kalian melanjutkan malam itu beberapa jam berdua. Ah, benar. Ini yang membuatmu tetap bersamanya. Caranya memperlakukanmu saat tidak ada yang tahu meski segalanya abu-abu. Caranya tertawa dengan ujung mata berkerut tanda tulus pada seluruh leluconmu yang sama sekali tidak lucu. Caranya menuruti semua maumu yang kadang tidak masuk akal bagi perempuan seusiamu. Caranya mengingat apapun yang pernah kamu sebutkan; nama klien kurang ajarmu, nama senior yang kamu anggap seperti ayah, warna cat rumah orang tuamu, apa yang kamu makan sepekan yang lalu. Caranya meluangkan waktu sesaat setelah jam kerja untukmu meskipun ada lusinan kesibukan lain menunggunya di rumah. Caranya menjawab pertanyaan seberapa besar dia menyayangimu.

Dia selalu menjawab 11 untuk range skala 1-10 yang kamu tanyakan. Tentu saja. Jika bisa angka sebelas, kenapa tidak menjawab sembilan puluh sembilan sekalian. Dia selalu menjawab 90% jika pertanyaanmu adalah seberapa besar kamu menempati hatinya. Sepuluh persen lainnya untuk kucing kesayangannya. Itu bohong. Tidak bermaksud berbohong. Dia menjawab begitu supaya kamu tidak menggerutu. Dan kamu paham betul hal itu.

Pada satu percakapan, dia melihat arloji sebelum berdiri. Waktunya pulang. Seperti menekan tombol ‘snooze’ pada alarm, kamu merajuk sebentar memintanya tinggal beberapa menit lebih lama.

Dua tahun berselang dan kamu belum pernah diperkenalkan pada teman-temannya. Bukan berarti kamu tidak tahu siapa mereka. Kamu sudah mencari tahu. Kamu pun punya cara untuk berkenalan sendiri pada mereka tanpa dia menjembatani. Namun untuk apa.

Sore itu, kamu bersama banyak orang melakukan banyak hal. Tidak seperti biasanya, dia datang menyemangati. Kamu memperkenalkannya pada semua orang yang kalian temui. Demi kesopanan, karena seharusnya memang demikian. Lagipula dia orang penting bagimu. Nomor telponnya lah yang kamu tulis pada kolom kontak darurat di segala macam formulir.

Teman-temanmu pasti sudah muak mendengarmu menyebut namanya di setiap penggal cerita. Di duniamu, dia pemeran utama. Kalau ini materi promosi film, wajahnya akan menempati 70% komposisi poster dan terpasang di setiap billboard jalan-jalan utama yang kamu sewa. Kamu akan memastikan dia dikenal dan diterima dan diperlakukan semestinya.

Teman-temannya tidak tahu kamu ada.

Dua tahun berselang dan kamu makin ahli membaca polanya. Pesan-pesannya semakin jarang bermunculan. Foto-foto acak berisi benda-benda sepele namun menarik yang ditemuinya di tengah jalan tidak pernah lagi datang. Hal-hal kecil yang mengingatkanya padamu semakin jarang.

Kamu sudah lupa kapan terakhir kali ada kiriman foto kucing jalanan atau baliho kompetitor mantan kantor kalian atau piring makan siang. Kamu pun tidak ingat kapan terakhir kali dia mengucapkan selamat tidur tanpa diminta atau menyambut telponmu dengan nada hangat atau bersemangat mendengarkan cerita sehari-harimu.

Malam itu berakhir lama setelah dia pulang. Kamu tidak mengantuk. Dia sudah kembali sibuk.

Dua tahun berselang dan kamu masih nomor dua.

No comments

Halo, terimakasih sudah mampir di JurnalSaya. Satu komentar Anda sangat berarti bagi saya.
Semua komentar dimoderasi ya. Komentar yang berisi pesan pribadi akan saya anggap spam.
Oiya, tolong jangan tinggalkan link hidup di badan komentar. Kisskiss