Gambar pinjam Pixabay |
Beberapa
waktu lalu, saya dan beberapa teman blogger menemukan sebuah toko kosmetik daring-luring
mengunggah foto milik seorang teman di akun Instagram mereka. Tanpa
mencantumkan sumber foto. Ketika ditanyai, si pengunggah mengaku mendapat foto
tersebut dari akun sosial media pegawai brand.
Iya sih, itu memang foto produk partnership
dengan brand tersebut.
Ceritanya
selesai sampai di situ karena akhirnya si penguggah mencantumkan sumber foto.
Pelajaran yang bisa diambil : selalu sertakan watermark di foto. Lha wong yang sudah diberi watermark saja kadang watermarknya dikrop. Teman saya yang
lain juga fotonya dicomot toko daring dan watermarknya
dipotong. Belum ada online store yang
ngambil foto saya, btw, saya belom femes.
Setelah
saya telusuri dan renungkan dalam-dalam, saya memperoleh satu kesimpulan :
banyak yang belum ngeh soal hak cipta.
Si
mbak pengunggah foto itu tidak tahu kalau secara etis perlu banget menyebutkan
sumber foto.
Pada
masa-masa jahiliyah dulu, saya juga pernah asal ambil foto hasil pencarian di
Google. Entah untuk apa saya lupa. Dulu saya pikir semua yang ada di internet
adalah milik umum. Jadi kalau mengutip kalimat atau pakai gambar, saya cuma
kasih keterangan : dari Google. LOL.
Tentu
saja saya salah. Foto, tulisan, dan konten-konten lain yang beredar di internet
ada tuannya. Tidak boleh asal pakai. Etikanya, harus permisi pada yang punya.
Kecuali ambilnya dari situs penyedia konten gratis memang diperuntukkan untuk
publik. Bahkan saya pun selalu memberi keterangan gambar pinjam Pixabay
meskipun itu memang boleh digunakan untuk umum.
Karena
bikin foto perlu usaha. Meskipun katanya fotografi adalah passion, hobi,
kegemaran, dan sebangsanya, tetap saja memotret perlu waktu, tenaga, skill,
belum lagi editing sesudahnya. Jadi wajar banget memberikan atribusi atas hasil
kerjanya.
Baca : 10 Hal yang Dialami Beauty-Mom Blogger
Kembali
soal hak cipta, ternyata dari dulu saya akrab dengan berbagai pelanggaran hak
cipta. Salah satunya buku replika. Kamus Inggris Indonesia-nya Hassan Shadily
itu saya beli yang soft cover waktu itu Rp. 85.000,- , harga versi bajakannya
yang hard cover cuma setengahnya. Dan yang punya versi bajakan lebih banyak
dari pada yang pakai yang asli. Sedih loh. Dan mereka ini nggak malu, sepatunya ratusan ribu ponselnya jutaan tapi beli buku
yang replika.
Beberapa
hari yang lalu mbak Ika Natassa ngetweet soal buku replika juga. Sampai mbak
Ika razia di beberapa situs marketplace. Ternyata jual beli buku bajakan lebih
jamak dari perkiraan.
Baca : Kutukan Penulis, Kebetulan, dan Fiktif Belaka
Bukan
hanya buku, kosmetik pun banyak dibuat replika. Istilah kerennya, kosmetik kw.
Saya gagal paham sama yang beli kosmetik palsu. Bisa jadi mereka nggak tahu ya ? Terus yang jual, kenapa
jualan kosmetik palsu ? Oke, mungkin mereka juga nggak tahu yang dijual itu palsu. Nah kalau yang produksi pasti
tahu kan ? Jawabannya pasti demi keuntungan semata.
Jadinya
saya ngomongin apa sih ini ? Saya udah ngantuk, btw.
Intinya,
yuk ah jadi orang pinter. Jangan nyomot hasil karya orang, jangan beli buku
replika, jangan jualan dan jangan beli makeup kw biarpun kw 1 grade AAA.
Ah
satu lagi, jangan sok-sokan pakai tagar #ideastealing !
Kiss Kiss
#ideastealing HAHAHAHAHAHA
ReplyDeleteBtw kak, aku sempet bingung bacanya, dari nyomot foto tanpa hak cipta sampe ke kosmetik kw :p
Cindy,
apriljournals.blogspot.co.id
Kayaknya sekarang udah lumrah banget orang jual barang-barang KW. Berarti pilihannya ada di tangan kita sebagai konsumen. Apakah mau beli barang KW atau ga. Sebisa mungkin sih jauhin ya :)
ReplyDeleteaku mau #ideastealing ah mah~ HAHAHAHAHA! siapa tau jd femes karena ngaku2 endorsan orang 😂
ReplyDeleteRay,
www.rayditaa.com
saya mending beli buku second. asli biarpun dah jelek. dan...murah hehe...
ReplyDeleteaku tetep suka yang ori tapi second, daripada new, tapi KW. hahaha
ReplyDeleteDulu aku juga masa bodo sama jam cipta, sekarang udah ngerti dan ggmau ah langgar melanggar
ReplyDeletemenjadi penulis membuat saya paham soal hak cipta hehehe...
ReplyDeleteJadi lebih menghargai karya cipta
Aku juga lebih sreg kalau beli yg apa2 ori, juga menghargai karya orang lain sih ya :)
ReplyDeleteKasian yang punya ide :( , kalo hasil karyanya ga dihargain
ReplyDelete