Yes, saya swifties ! Bukan swifties hardcore juga sih. Saya nggak pernah datang ke konsernya
dan nggak mau beli merchandise Taylor
Swift. Mahal dan nirfaedah buat saya. Hahaha ... Saya suka lagu-lagunya dan
sanggup karaokean 5 album sekaligus. Eh, 6 album ya harusnya. Eh, lima ding,
kan yang satu rilisnya November nanti. Ulang tahun saya November juga, btw. *semacam kode
Tapi
bukan itu yang mau saya omongin sekarang. Dengerin single barunya Taylor Swift, yang pertama muncul di benak saya
adalah : yah, bukan lagu country. Serius deh, saya suka TS dengan rambut
keritingnya, gitar akustik, dan musik country yang ... ah, sudahlah. Setelah
sebelas tahun berlalu, kita nggak bisa mengharapkan seseorang akan tetap sama
kan ? Eh, melantur.
Baca : Saya Pengen Jadi Vampir Saja
Lagu
baru TS, dengan penampilan barunya di teaser
vidklip, mengingatkan saya pada Selena Gomez di Fetish, lalu entah bagaimana
mengingatkan saya pada perempuan-perempuan kekinian lain. Sepertinya menjadi “bitch” sedang tren ya ? Perempuan yang
lugas, nggak sungkan untuk ber-fuck-shit-crap,
berani break the rules, punya power,
independen, nggak butuh laki-laki karena laki-laki itu the most fuck-shit-crap
creature in the world. Perempuan-perempuan seperti itu kelihatan keren, dan
berkarakter, dan jujur, dan tentu saja powerfull.
Seolah-olah menjadi perempuan baik-baik yang lemah lembut adalah hal paling
bodoh. Seakan-akan perempuan innocent
itu munafik karena nggak pernah kelihatan melakukan dosa.
Jadi
ingat tagline seorang selebgram “kalian
semua suci aku penuh dosa”. Tentu saja kita semua ngerti kalau kutipan itu
adalah sindiran yang ditujukan pada para perempuan baik-baik. Semacam “mending
gue dong, act like a bitch tapi
berhati malaikat, daripada kalian act
like angel tapi hati bitch”. Dan
si selebgram ini, followernya ber-K-K saya males ngecek, tagline-nya diamini gadis-gadis belia yang terinfluence olehnya.
Saya
barusan nyetel You Belong With Me
lalu Mine lalu Shake It Off lalu Look What You Made Me Do. Kelihatan banget
bedanya. TS yang tadinya cheesy tapi
manis sekarang wild tapi unbreakable. Seperti metamorfosis telur
mentah yang rapuh, setelah direbus dalam air mendidih menjadi kuat. Dengan kata
lain, kehidupan lah yang menyebabkan gadis-gadis lugu berubah menjadi perempuan-perempuan
dewasa yang “jahat”.
Baca : Be Brave ( A Little Note on 21 April)
Ini
termasuk kita. Well, termasuk saya
juga. Nggak cuma sekali dua kali saya berpikir bahwa menjadi perampuan
baik-baik itu melelahkan. Banyak banget aturan nggak tertulis yang harus
diikuti. Bersikap santun, menjaga diri, menjadi penurut, menjalankan tugas tanpa
mengeluh, banyak senyum, punya kasih sayang tak terhingga, etcetera etcetera. Belum lagi
soal standar ganda yang nggak ada selesainya. Menjadi “bitch” sepertinya akan lebih mudah. Apatis pada sekitar, hidup
seenaknya yang penting nggak mengganggu orang lain, independen, merdeka
seutuhnya.
Baca : Merayakan Kemerdekaan
Lantas
saya jadi mikir. Life is never easy,
tapi saya nggak tahu kalau life can be
this hard. Nggak mungkin
perempuan-perempuan ini menjadi “jahat” kalau kehidupan nggak memperlakukan
mereka dengan “jahat” terlebih dulu kan ?
- Seorang ibu yang sikenal penyayang membunuh bayinya karena PPD dan nggak seorangpun di sekitarnya tahu. Semua orang menghakimi si ibu. Setelah sembuh dari PPD, si ibu menjadi orang paling apatis di dunia.
- Seorang perempuan yang tadinya ceria, santun, pakai jilbab mengalami pelecehan seksual tingkat tinggi, setelah sekian waktu berlalu si perempuan berubah menjadi kasar, melepas jilbab dan selalu melanggar aturan.
- Seorang gadis manis menikah dengan laki-laki yang ternyata abusif, lalu ia berubah menjadi lesbian.
- Seorang anak perempuan penurut berubah menjadi pembangkang yang jarang pulang karena selalu dikritik oleh orang tuanya mengenai apapun yang sedang digelutinya.
- Seorang menantu baik hati selalu mendapat perlakuan buruk dari mertuanya. Seiring waktu berjalan, ia pun menjadi mertua yang super menyebalkan bagi menantunya.
- Seorang siswi pintar desperate karena nggak pernah mendapat achievement sebagaimana mestinya, lalu ia menjadi selebgram dengan konten kontroversial supaya terkenal.
- Seorang ibu tunggal yang berusaha sebaik mungkin menjaga diri, masih saja dicap bitch oleh masyarakat. Esoknya, ia menjadi bitch beneran.
Dan
sebagainya dan sebagainya lagi. Jadi pengen banget nyalahin kehidupan kan ?
Jadi pengen teriak di atap gedung kan : Look
what life made us do !
Atau
saya yang overthinking sih ini ? Lgu
barunya Taylor Swift aja saya pikirin sampai kemana-mana. Ada yang punya opini
lain ? Yuk, share di sini !
Kiss
kiss.
No more ms. nice swift yah mbak. but everybody's changing. mungkin dia emang mau ganti gaya aja xixixixi.
ReplyDeleteIyes, denger lagu barunya terus "yah nggak country" terus embuh rasanya lagu itu kurang nyaman dibanding lgu pop dia sebelumnya yg nggak country jg ky wildest dream.
ReplyDeletehuaah aku jg suka Taylor yang dulu, suka semua lagu countrynya yg easy listening :')
ReplyDeletelagu" sekarang masih "sedikit suka" sih, but country lebih cocok buat dy kayaknya hmm.
natahsu.blogspot.co.id