Ya
bikin akun investasi. Pertanyaannya rada ngeselin ya? Sama kaya pertanyaan: “Kak,
caranya jadi blogger gimana?” Ya bikin blog lah. Oke, ini saya mau ngobrolin
investasi, bukan blogging. Nah, saya tuh sering banget denger orang yang pengen
ini pengen itu banyak sekali tapi usahanya nol. Ya ada sih usahanya, kerja lebih
rajin, lebih sering lembur, dan banyakin nabung. Ya tetep aja kepenginannya
enggak tercapai. Karena pas tabungannya udah kekumpul, harga sesuatu yang dipengen udah naik.
Inflasi.
Hahah.
Btw,
saya udah ngomongin soal inflasi di artikel kapan kemarin. Sedikit nyrempet soal
investasi juga.
Baca: Membicarakan Uang
Di
artikel kemarin itu saya bilang mau ngobrolin lebih lanjut soal investasi. Kebetulan,
dua pekan lalu saya habis kopdar lagi bareng investarian klikmami.com. Akun
investasi saya sudah aktif, sudah bisa mulai beli unit di reksadana. Belinya gampang,
kaya belanja lipstik di marketplace. Pilih unitnya, pilih jumlahnya, online
aja, lalu transfer uangnya.
Oh,
saya belum bilang ya, satuan pembelian reksadana itu disebutnya unit. Bisa beli
1 unit, 2 unit, selusin unit. Bebas. Per unit dijual mulai dari Rp. 10.000,- di
reksadana Manulife. Lebih murah dari harga kopi segelas kan?
Kalau
ada yang penasaran kenapa saya pilih investasi di reksadana, alasan saya
sederhana. Saya baru mulai, belum punya pengalaman baca laporan keuangan
perusahaan, dan praktis belum tahu caranya menganalisa laporan tersebut. Kemampuan
menganalisa laporan keuangan itu penting kalau mau investasi langsung di saham.
Gini
loh, di dunia investasi itu ada hukum alam “low risk low return, high risk high
return”. Tips buat yang baru mulai investasi, pilih yang low risk dulu. Kalau udah
nyaman, baru cari tantangan dengan cara nambahin portofolio investasi saham.
Reksadana
ini alternatif terbaik untuk investasi low risk. Cocok buat nabung yang tertarget.
Misalnya, saya pengen beli lensa kamera yang bagusan tahun depan. Alih-alih
nabung biasa di rekening yang tiap bulan berkurang karena biaya admin,
mending saya belanjakan uang saya tiap
bulan sedikit-sedikit ke reksadana. Bisa jadi enggak nyampe setahun return dari
reksadana sudah terkumpul untuk beli lensa.
Reksadana
ini sebetulnya bentuk investasinya di pasar uang juga. Sama seperti investasi
saham. Bedanya, di reksadana, saya dan kalian ngumpulin uang jadi satu di
manajer investasi. Si manajer yang memutuskan uang kita mau dibelanjakan saham
apa. Low risk, karena uang kita berada di tangan expert, dibelanjakan di beberapa
saham perusahaan berbeda. Misal ada satu perusahaan yang colaps, langsung diganti
perusahaan lain.
FYI,
investasi reksadana itu ada beberapa jenis. Kalian bisa pilih sesuai target:
uang kalian harus terkumpul dalam 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, atau di atas 10
tahun. Saya bikin list aja ya cheat sheet milih jenis reksadananya.
1.
Reksadana
Pasar Uang: untuk target 1-3 tahun, potensi return rendah tapi stabil,
instrumen 100% pasar uang.
2.
Reksadana
Pendapatan Tetap: untuk target 3-5 tahun, potensi return sedikit lebih tinggi,
instrumen 80% obligasi.
3.
Reksadana
Campuran: untuk target 5-10 tahun, potensi return & fluktuasi sedang, saham
dan obligasi seimbang.
4.
Reksadana
Saham: untuk target > 10 tahun, potensi return & fluktuasi tinggi,
instrumen 80% saham.
Jadi,
misalnya kalian punya target mau upgrade laptop tahun depan, investasinya di
reksadana pasar uang. Kalau target kalian umroh 10 tahun lagi, ya pilih aja
reksadana saham.
Ada
yang udah mulai investasi reksadana juga? Share dong cerita kalian, siapa tahu
menginspirasi yang lain buat ikutan investasi juga!
(ADV)
mba #lifeasdivorcee boleh dong dibuatkan blogpost mengenai mengatur finansial.mumets itu.butuh pencerahan
ReplyDelete