Januari, Februari, Maret, Covid, November, Desember. Kalender 2020 isinya gitu ya kayaknya. Gara-gara pandemi, banyak sekali yang berubah. Ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang gajinya dipotong kantor, ada yang usahanya nyaris kolaps. Ujungnya, ngaruh juga ke tujuan-tujuan keuangan yang sudah ditetapkan di awal tahun.
Saya
termasuk yang sempat kena dampak. Beberapa goals terpaksa saya tunda. Adjusting
is a must. Karena hidup terus berjalan sedangkan pandemi belum kelar.
Satu
hal yang pasti, pandemi bikin hidup serba uncertain. Nggak ada pekerjaan yang
betul-betul secure. Nggak ada yang tahu kalau tiba-tiba bulan depan kena efisiensi
atau tertular Covid sehingga harus nganggur sekian waktu. Namun cashflow harus
dijaga agar tetap stabil.
Rebudgeting
Adapt
or die bukan sekadar pepatah kalau saya bilang. Situasi berubah, maka perlu penyesuaian
di sana-sini. Penghasilan berubah, maka pengeluaran harus disesuaikan. Saya sendiri
melakukan rebudgeting sejak bulan April. Simpel saja. Saya cuma menghapus
beberapa pos yang kurang penting, dialihkan ke kebutuhan yang lebih penting.
Budget
beli makeup saya pangkas, dialihkan untuk beli masker dan Covid starter pack
kayak hand sanitizer gitu-gitu. Well, kalau dipikir-pikir, saya memang dari
dulu jarang sekali beli produk makeup.
Budget
café hopping juga saya pangkas, masuk ke tabungan. Budget entertainment saya
alihkan untuk subscribe Netflix dan Gramedia Digital. Selain itu, saya juga rebudgeting
untuk kebutuhan sehari-hari; sekarang ke kantor bawa bekal.
Baca: Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi
Tetap Belanja
Berhemat
itu satu hal. Tapi memastikan roda ekonomi tetap berputar itu hal lain. Sejak awal
pandemi, saya sudah concern terhadap hal ini. Sempat berdiskusi dengan teman
tentang ini juga dan punya kesimpulan sama: kita harus tetap berbelanja supaya
perputaran uang nggak mandek.
Ya
bayangin aja kalau semua orang yang punya uang wegah belanja dan memilih mengendapkan
uangnya. Apa nggak makin parah tuh resesi yang menghadang nantinya?
Tentu
belanjanya tetap on budget dan jangan sampai mengganggu cashflow.
Cari Sumber Pendapatan Lain
Tiba-tiba
membangun bisnis secara impulsif di tengah-tengah pandemi memang nggak lucu. Apalagi
kalau modal bisnisnya dari tabungan pribadi. To be honest, memulai bisnis ini
salah satu goal yang saya tunda karena pandemi.
Bukannya
saya melarang kalau ada yang mau bikin bisnis sekarang-sekarang ya. Tapi lebih
mindful aja. Pikirkan dulu matang-matang. Dan kalau bisa, bikin bisnis yang
modalnya minimal.
Kalau
perlu sumber pendapatan lain yang nggak perlu modal, bisa nge-freelance atau
ambil part time.
Cash Is King
Di
masa krisis, betul bahwa cash is king. Beberapa bulan terakhir, saya stop
investasi di reksa dana dan membiarkan saja uang saya di tabungan konvensional.
Just in case.
Baca: Tutorial Investasi Reksa Dana
Pertanyaannya
sekarang, gimana kalau nggak punya cukup cash? Gimana kalau butuh cash cepat? Well,
ada yang namanya pinjam uang. Tapi sebisa mungkin jangan pinjam uang ke teman
ya. Rawan merusak hubungan.
Kalau
butuh banget pinjaman uang, ada yang namanya fintech, misalnya Tunaiku. Yes,
ini situs pinjaman online. Please, be mindful. Sama seperti kartu kredit,
pinjaman online bukan sumber pendapatan.
Disclaimer: Saya belum pernah menggunakan layanan Tunaiku maupun pinjaman online mana pun, dan belum berencana menggunakannya. Tulisan ini hanya bertujuan membagi informasi.
Tunaiku
adalah produk dari Amar Bank yang merupakan kategori bank BUKU II (FYI, bank
dikategorikan dari BUKU I sampai BUKU IV berdasarkan modal intinya. BUKU I yang
paling kecil). Mereka bisa kasih pinjaman sampai dua puluh juta rupiah dengan
cicilan sampai 20 bulan. Bunganya pinjamannya 3-4% per bulan, cukup besar kalau
dibandingkan KTA konvensional yang rangenya 0,5-2% per bulan. But hey, tentu
saja di mana-mana bunga pinjaman online relatif lebih tinggi.
Kelebihan
Tunaiku itu di proses yang cepat dan bisa diakses siapa saja. Yes, kamu nggak
perlu kasih jaminan saat mengajukan kredit. Prosesnya pun serba online, kecuali
step tanda tangan kontrak. Kamu hanya perlu mengajukan pinjaman melalui
website, mengisi formulir, menunggu pinjaman diterima, konfirmasi, tanda tangan
kontrak, kemudian menerima dananya.
Apakah
aman? Yes, Tunaiku sudah terdaftar di OJK.
Sekarang
Tunaiku juga punya layanan investasi berupa deposito. Sama seperti bunga
pinjaman yang relatif tinggi, bunga investasi mereka juga tinggi. Range-nya
dari 5-10% per tahun. Menarik sekali. Saya berencana mencari tahu soal ini
lebih lanjut. Nanti saya ceritain lagi ya.
Punya
cerita tentang mengatur keuangan saat pandemi melanda? Share sini yuk!
No comments
Halo, terimakasih sudah mampir di JurnalSaya. Satu komentar Anda sangat berarti bagi saya.
Semua komentar dimoderasi ya. Komentar yang berisi pesan pribadi akan saya anggap spam.
Oiya, tolong jangan tinggalkan link hidup di badan komentar. Kisskiss