![]() |
Gambar pinjam Pixabay |
Selama
ini saya memakai kaca mata kuda. Bagi saya pernikahan itu merepotkan, tidak
layak dijadikan indikator happy ending.
Tertnyata di luar sana banyak perempuan ingin menikah. Banyak yang merasa belum
lengkap hidupnya sebelum menikah dengan seseorang. Jadi saya menulis ini untuk
kalian, 25+ years old high quality single
ladies.
Menjadi
perempuan lajang berusia 25+ tahun di Indonesia memang agak merepotkan, terutama
yang tinggal di daerah. Rongrongan pertanyaan “kapan bagi undangan” dari teman,
“mama udah pengen menimang cucu” dari orang tua, “kapan nyusul” dari kerabat di
resepsi saudara, silih berganti memekakkan telinga. Belum termasuk meme-meme
jomblosentris yang wara-wiri di timeline social media.
Jengah
? Wajar. Tapi tahu nggak, saya lebih jengah pada kalian wahai para perempuan
lajang yang terlalu sering galau menanyakan mengapa jodoh tak kunjung datang.
Well,
mungkin ini akan jadi monolog sarkastik. But please, jangan close tab dulu.
Bukan hanya karena marriage doesn’t work
on me, lantas saya menyimpulkan it
won’t work on you too. Marriage itu mirip gambling sebenarnya, bisa menang bisa kalah. Bisa berhasil bisa
gagal. Tapi peluang keberhasilan pernikahan seseorang yang satu dengan yang
lainnya tidak sama. Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Setidaknya, jangan
menikah tergesa-gesa.
Baca : Being Young and Beautiful Divorcee
Begini
lho, kalian kan baru 25+, kalian pintar, cantik, punya prestasi, masih muda. Banyak
sekali yang bisa kalian lakukan. Travelling ke Manokwari hingga pulau Weh,
mampir ke Karimunjawa lalu main-main di Morotai. Puas keliling Indonesia
kunjungi museum Louvre, jangan pulang sebelum menyentuh setiap inchinya. Kalau
perlu buat perjalanan napak tilas a la Da Vinci Code, jelajahi sudut-sudut
Perancis dari sisi berbeda.
Baca : Saya Kepingin Jadi Vampir Saja
Nggak
suka travelling ? Clubbing, then. Bersenang-senang dengan teman-teman selagi
bisa apa salahnya ? Or simply bekerja saja sebaik mungkin, mengejar karir
seperti yang seharusnya dilakukan karakter utama di metropop kesayangan.
Atau
kalian berasal dari keluarga yang sangat relijius ? Kalau begitu pergi umroh
saja bareng simbah. Atau ke Madinah melanjutkan kuliah. Atau ke Mesir
mempelajari qira’ah sab’ah.
Banyak
sekali kan yang bisa kalian lakukan ? Banyak perempuan menginginkan kehidupan
kalian, ngomong-ngomong. Apa kalian tidak sayang melepaskan kesempatan demi
mengikatkan diri pada laki-laki yang belum ketahuan rimbanya ?
Sejujurnya
hingga detik ini, saya belum mengerti apa tujuan pernikahan sesungguhnya.
Untuk
ibadah ? Well, ibadah-ibadah yang lain banyak kok : salat tahajud, puasa
sunnah, memberi makan orang miskin, memelihara anak yatim, menyumbang biaya
operasional sekolah di daerah terpencil ...
Untuk
menyempurnakan separuh agama ? Maaf, tapi apa rukun islam yang lima itu sudah
dikerjakan semua ? Kalau belum, kenapa tidak disempurnakan dulu yang separuh itu
?
Untuk
membangun keluarga ? Heyy,, kalian kan sudah punya keluarga.
Ada
yang sudah menemukan tujuan pernikahan ?
Baca : Tentang Nikah Muda
Saya
bukannya ngompor-ngomporin kalian untuk nggak menikah lho ya. Menikahlah, tapi
jangan tergesa-gesa. Jangan menurunkan standar kalian hanya supaya bisa segera
menikah. Jangan dengarkan ocehan “jangan terlalu pemilih” atau “jangan terlalu
sukses nanti laki-laki pada minder” atau sejenisnya. Itu hidup kalian. Pilih pasangan
kalian dengan seksama.
Baca : Critical Eleven dan Alpha Female
Jadi,
wahai high quality single ladies,
bagian mana yang masih membuat kalian gundah ?
hihihi.... aku jadi yang pertama komen nih mbak. Berasa banget aku sama story nya.
ReplyDeleteKalo ngomongin standar sih gak ada, tp emang belum berani atau takut gagal seperti yg sebelumnya. Beberapa temen bilang bahkan aku katanya trauma. Enggak kok.
Malah kalau abis nonton drama korea yg happy ending. Aku suka pengen kawin *eh :)
Bagian "Jangan terlalu sukses, nanti Laki - Laki minder".
ReplyDeleteWell jujur ya mbak, aku paling nggak suka banget ada yang bilang kayak gitu, bahkan aku cenderung emosi seketika. Menurutku, Laki - laki seperti itu memiliki pemikiran paling sempit, nggak bisa diajak diskusi bareng. Amit - amit naudzubillahmindzalik dengan laki - laki seperti itu.
Aku juga sama nih mbak, masih mencari tujuan pernikahan sesungguhnya selain berbagi kehidupan. Yang terpenting bagi kita sekarang jangan dengerin omongan seperti itu lagi mbak, ntar kita nggak maju" lagi hehe.
www.extraodiary.com
semua keputusan harusnya dikembalikan lagi pada diri masing2, saya juga nikah umur 29, mahal dulunya pengen nikah umur 30-an heheheheh tapi ternyata dikasih jodoh umur 29. Being single or married adalah pilihan, semua didunia ini ada pilihannya :D jadi silahkan aja para individunya memilih sendiri.
ReplyDeleteBtw saya sering baca banyak cewe2 yg bilang aaw saya udah tua ternyata baru umur 25 or early 30... Oh c'mon girls.. age is just a number, the important things is enjoy your life to the fullest :D
setuju bgt mom... kayanya memang lebih asik kalau kita bisa enjoy masa muda dulu, biar puas yah.. akupun mikirnya begitu, mau nikmatin masa muda, jalan-jalan, nikmatin waktu sama keluarga dulu, bangun karir dan mapan.. toh kalau mmg tertakdir untuk menikah pasti akan ada waktunya :D
ReplyDeletehaiiii, aku mau share point of view aku ttg pernikahan . buat aku pernikahan itu kaya life time contract. cari partner sulit. letting other people knows our flaws juga sulit. apa karena saya kebanyakan sendiri dan mandiri dari kecil ya? im thinking that i dont need a bf. aku apa2 bisa sendiri hehhehe
ReplyDeleteAku gak bakal nurunin standar. Sekali aku turunin standar, aku udah tau gimana jadinya kak. :D
ReplyDeletewww.vinasaysbeauty.com
Begitulah kak, lingkungan suka repot sama urusan yg seharusnya nggak terlalu ikut campur, selama kita yg single gak ganggu kehidupan mereka kenapa mereka pusingin hidup kita, emg selama kita single minta mereka gidupin kita. Karena kita yg belum meniah bukan berarti tidak ingin menikah, tau apa mereka soal usaha kita. Ketika kita sukses pun akan sama, mereka pertanyakan juga ,kok enak kerjanya? Tau apa mereka soal perjuangan dan proses yang kita jalani.
ReplyDeleteAku menikah saat 23 tahun.. wkwk.. beruntung masih bertahan sampai sekarang. tapi kalau bisa putar waktu.. mungkin aku milih nikah umur 27 tahun Aja lah.. wkwk..
ReplyDeleteBut Ada banyak cerita kok.. yang menjadikan diriku seperti sekarang.. jadi yaa.. yang harus diingat adalah menikah itu tidak hanya soal emak2.. banyak pahit, asam, dan pedasnya. Siap?