Setting
tempat adalah salah satu unsur intrinsik yang jika dimanfaatkan dengan benar
akan menghidupkan sebuah cerita. Bahkan pada sejumlah cerita, setting tempat
menjadi karakter utama. Dengan kata lain, jika tokoh tidak berada di tempat
itu, ceritanya tidak akan jadi seperti itu. Iya, begitu. Misalnya Titanic,
kalau settingnya dipindah ke Laut Jawa, misalnya, tentu tidak akan menabrak
gunung es lalu tenggelam. Misalnya lagi 5 CM, kalau setting gunung Semeru
diganti menjadi gunung Muria, tentu adegannya tidak akan sedramatis itu. Atau
pada Memoirs of Geisha, dari judulnya sudah bisa dipastikan settingnya memang
harus Jepang.
Namun
ada juga cerita yang menjadikan lokasi sebagai bumbu. Descendant Of The Sun
misalnya, bisa saja setting Urk diganti negeri perang di Timur Tengah yang
lain, dan ceritanya akan tetap sama. Atau pada Boys Before Flowers, di mana F4
mengajak Geum Jan Di berlibur ke Macedonia, bisa saja diganti berlibur ke Hawai
atau Karimunjawa sekalian, tidak akan mengubah cerita.
Apapun
perannya, setting tempat tetap penting dalam sebuah cerita. Pengarang biasanya
memilih lokasi tertentu untuk mendukung ceritanya. Tidak jarang sebuah cerita
baik novel atau film mempopulerkan suatu tempat. Atau yang biasanya terjadi,
pembaca ingin mengunjungi lokasi yang menjadi setting sebuah cerita.
Kali
ini saya menulis daftar cerita (dalam bentuk novel) yang sukses membuat saya
ingin travelling mengunjungi berbagai lokasi yang disebut di dalamnya. Baru
tahap ingin, karena saya sama sekali belum membuat rencana mengunjungi salah
satunya. Oiya, daftar ini saya buat penuh subjektivitas, hanya berdasarkan
perasaan saya. Kalau kamu punya rekomendasi novel yang settingnya menarik,
tulis di kolom komentar ya ?
PS
: Urutan dalam daftar di bawah ini sesuai abjad.
1.
Antologi Rasa (Ika
Natassa, 2011)
Bagi yang mengikuti blog
atau instagram saya, pasti tahu kalau Ika Natassa adalah salah satu novelis
favorit saya saat ini. Novel-novelnya selalu menarik, ringan dibaca, dan
baper-able. Dan karakter utamanya suka jalan-jalan ! Sudah membaca Critical
Eleven dan The Architechture of Love ‘kan ? Selalu ada adegan travellingnya
‘kan ?
Pada Antologi Rasa, bab
pertama saja pembaca sudah diajak trip ke Singapura nonton balap F1. Membuntuti
Keara dan Harris keliling negeri singa lalu ikut Keara shopping till drop di
sekitar Orchard lalu besoknya nonton konser Backstreet Boys di lapangan.
Kemudian di bagian tengah novel, pembaca diajak Keara menikmati sunrise di
Bali, berkeliling pasar Ubud, menonton tari kecak, dan macam-macam lagi. Selain
itu ada juga cerita Keara ke Manila demi menonton konser John Mayer. Kalau
diingat-ingat, si Keara ini memang suka sekali travelling.
2.
Breaking Dawn
(Stephenie Meyer, 2008)
Ini buku terakhir dari
seri Twilight. Paling tebal di antara tiga buku prekuelnya. Walaupun tebal,
saya enjoy membacanya. Bisa dibilang, yang paling drama dari semua drama pada
seri Twilight ada di Breaking Dawn. Mulai dari pernikahan, honeymoon, melahirkan,
transformasi, hingga konfrontasi antara dua kubu vampir ada. Tapi saya tidak
akan membicarakannya sekarang.
Sama seperti novel
Twilight sebelum-sebelumnya, setting utamanya adalah Forks dan La Push. Saya
sudah puas membayangkan tinggal di Forks atau mengendarai motor ke La Push
melalui tiga novel sebelumnya. Breaking Dawn memberikan penyegaran bagi
pembaca. Bersama dua karakter utamanya, pembaca diajak menjelajah Amerika
Selatan, menikmati jalanan Rio de Jeneiro yang riuh, kemudian menikmati pulau
tropis pribadi bernama Pulau Esme. Memang pulau fiktif, namun tetap saja
sepertinya menyenangkan tinggal di pulau tak berpenghuni namun segala fasilitas
terpenuhi (walaupun agak seram juga). Bosan main pasir bisa snorkelling. Bosan
bermain air bisa hiking ke bebukitan. Bosan adventuring di luar bisa bersantai
nonton streaming drama Korea (well, tidak ada nonton drama Korea sih, di
ceritanya). Dan tidak perlu repot soal makanan, karena ada asisten rumah tangga
yang senantiasa menyetok bahan makanan kapan saja diminta.
3.
Eiffel I’m In Love
(Rachmania Arunita, 2003)
Bohong kalau tidak pernah
dengar soal novel fenomenal ini. Yang pernah remaja di sekitar tahun 2004 pasti
minimal pernah mendengar soal novel yang difilmkan ini. Dari judulnya saja
sudah ketahuan kalau Eiffel I’m In Love pasti ada setting Perancisnya. Memang
tidak banyak sisi Perancis yang diceritakan, hanya seputaran menara Eiffel
saja. Namun waktu itu novel abege ini sudah cukup membuat saya terobsesi pada
Perancis.
4.
Harry Potter and
The Prisoner of Azkaban (JK Rowling, 2001)
Tahu desa penyihir di
dekat Hogwarts, yang di dalamnya ada The Three Broomsticks yang terkenal dengan
butterbeernya ? Namanya Hogsmeade. Diceritakan di novel, kalau Hogsmeade adalah
desa yang indah. Dihiasi lilin-lilin bergantungan. Di film, desa Hogsmeade
divisualkan sebagai desa yang damai dan penuh salju. Saya membayangkan pasti
setiap sudut Hogsmeade sangat instagramable.
5.
The Da Vinci Code
(Dan Brown, 2003)
Dari museum Louvre ke
Westminster Abbey, kejar-kejaran dengan mobil polisi di jalanan malam kota Paris
sambil memecahkan teka-teki rumit. Lalu ke tempat-tempat tidak terduga. Novel-novel
Dan Brown memang selalu menegangkan disertai latar lokasi luar biasa. Rasanya seperti
diajak menjelajah Perancis underground. Jika ingin menjelajah Roma underground
bisa membaca novel Dan Brown yang lain, Angels and Demons.
PS
: Tulisan ini juga bagian dari #CollaborativeBlogging. Baca tulisan Prita HW :Staycation
Baca
juga postingan kolaborasi saya sebelumnya : Bullies Sebenarnya Saya Berempati ;
Kutukan Penulis ; Quality Time Tanpa Gadget ; Saya Kepingin Jadi Vampir ; dan Tentang Nikah Muda.
dari semua itu saya baru baca yang terakhir mbak.
ReplyDeleteentah kalo betulan bisa ke louvre apakah aslinya sesuai bayangan saya apa ga. haha...
Saya pengen juga ke Louvre 😊
Deletebaru baca yg antologi rasa. saya juga suka tuh sama Ika Natassa. gaya penulisannya tuh santai tp nggak mainstream.
ReplyDeleteyang Dan Brown baru baca 3 novelnya tp da vinci code malah belum ehehe
Suka banget sama Ika Natassa.
DeleteSuka Dan Brown juga ya?
Suka ke 4nya, tapi yang paling saya suka Breaking Dawn :)
ReplyDeleteBreaking Dawn nggak pernah bikin bosan ya?
DeleteDari semua novel di atas, cuma Antologi Rasa tuh yg belum saya baca wkwkwk. Kapan-kapan akan saya cari deh di toko buku. Kalo novel yg menginspirasi saya untuk traveling tuh Journey To The West. Membaca perjalanan Biksu Tang ke Barat, saya juga jadi tertarik untuk melihat dunia luar...
ReplyDeleteTerus selama ini udah traveling ke mana aja jadinya?
Journey To The West itu Kera Sakti bukan ya?
DeleteBelum kemana-mana :)
nomor 3 bikin aku yg masih unyu2 kepingin ke perancis trus di sana ngarep dapat mas2 bule buat ajak aku nikah XD
ReplyDeletetapi yg paling bikin banget aku mupeng travelling itu novel2nya sitta karina
hahaha,,bener bener jaman masih unyu :D
DeleteSitta Karina ? Langsung browsing.
nomor 3 mak, bikin aku yg masih unyu2 kepingin pergi ke paris dan (ngarep) ketemu mas2 bule yg ngajak aku nikah XD
ReplyDeletewahh satu yg aku suka...antologi rasa..
ReplyDeleteVote for Antologi Rasa *eh apaan!
DeleteSaya suka baca novel kalau pas main toko buku aja, kalau beli, novel novel serial mahal hehe
ReplyDeleteSaya juga betah banget kalo nongkrong di toko buku, sayang di daerahku nggak ada toko buku beneran :(
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteMaaf komentarnya saya hapus, ada link hidupnya :(
DeleteSuka semuanya :) yang paling suka sih Breaking Dawn :)
ReplyDeleteHalo juga, Breaking Dawn emang seru sih dibaca.
Deleteberdasarkan 5 novel tadi,, tempat favorit yang ada di novel-novel tadi ya Hogwarts. I wish I can fly there
ReplyDelete